Mohon tunggu...
Ilma Susi
Ilma Susi Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hilangnya Gas LPG 3 Kg di Pasaran, Karena Kebijakan?

12 Agustus 2023   16:20 Diperbarui: 12 Agustus 2023   16:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetiba belalangan ini bahan bakar Liquefied Petroleum Gas (LPG / elpiji) 3 kg seakan menghilang. Elpiji dalam tabung gas melon ini menjadi langka di beberapa daerah. Seperti di Magetan, Banyuwangi, dan sejumlah wilayah di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Langkanya bahan bakar ini cukup menjadikan kaum Emak galau.

Sementara itu menurut Jokowi, kelangkaan ini disebabkan karena gas yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin ini diperebutkan oleh banyak pihak. Artinya bahan bakar bersubsidi ini salah sasaran.

"LPG itu, terutama yang bersubsidi, ini memang diperebutkan di lapangan. Dan itu hanya untuk yang kurang mampu. Itu yang harus digarisbawahi," ujar Jokowi dalam keterangannya seperti disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (24 /7/2023).

Saat ditanya tentang  penyebab pasti dari kelangkaan tersebut,  presiden tidak menjelaskan secara rinci. Ia hanya mengatakan, hal tersebut merupakan urusan Menteri BUMN Erick Thohir.

Tersebab oleh Kebijakan

Menyoroti masalah ini, ekonom dari Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Fahrur Ulum, M.E.I. mengatakan, kelangkaan gas melon 3 kg tersebut lebih karena kebijakan.

"Kelangkaan ini sebenarnya bukan semata karena faktor alam, tetapi karena memang kebijakan," tuturnya di Kabar Petang: "Gawat, LPG Langka!" melalui kanal Khilafah News, Rabu (26/7/2023)

Ia menuturkan, kebijakan pemakaian gas elpiji ini berawal dari adanya gerakan konversi minyak tanah ke elpiji pada 2007. Menurutnya, padahal di tahun itu produksi elpiji telah mengalami beberapa kali penurunan secara drastis. Ironisnya,  di tahun itu pula ada kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji.

Masih menurutnya, sebenarnya terdapat Liquifiid Natural Gas (LNG) yang produksinya terus meningkat, bahkan di ekspor secara besar-besaran. Di samping jumlahnya melimpah, LNG lebih  lebih aman penggunaan karena emisinya lebih bersih.

Sayangnya, konversi yang dilakukan lebih memilih LPG ketimbang LNG dengan dalih LNG terlalu mahal bila diperuntukkan masyarakat kalangan bawah. Atas dasar itu maka diambil keputusan LPG yang digunakan, tanpa memperhatikan produksinya yang terus menurun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun