Mohon tunggu...
Inovasi

Sistem Belajar ''Digital Literacy'' yang Cocok bagi Masyarakat Indonesia

15 Januari 2018   19:33 Diperbarui: 15 Januari 2018   19:48 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Saat ini, masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan gaya hidup yang begitu cepat terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti gadget dan internet. Kemudahan penyebaran dan pencarian informasi juga pengetahuan yang mendukung proses pembelajaran membawa beberapa masalah yang harus diatasi seperti informasi yang berlebihan (information overload), konten-konten negatif, tidak diterapkannya netiket, dan ketergantungan pada gadget. 

Sementara itu, Indonesia akan dihadapkan pada tantangan baru di dunia ekonomi yaitu Free Trade Area of the Asia-Pacific(FTAAP) di tahun 2020, sebuah inisiasi untuk mengintegrasikan penggunaan ICT sebagai penghubung dalam mempromosikan setiap sektor pertumbuhan dalam ekonomi.

Pendidikan Digital Literacyadalah suatu pendekatan untuk menjawab tantangan-tantangan di era digital dan mengatasi masalah-masalah terkait media digital dan penggunaan ICT. Membangun konsistensi di dalam perilaku menggunakan digital media secara bijak membutuhkan pemahaman mengenai apa, mengapa, dan bagaimana penggunaan tersebut dilakukan. 

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa edukasi Digital Literacy perlu dilakukan menggunakan sebuah sistem pembelajaran yang di dalamnya tertanam manajemen pengetahuan, bertujuan untuk memandu pembelajar mencapai pemahaman pengetahuan yang berujung pada konsistensi sikap dan perilaku dalam menggunakan digital media. Sistem model pembelajaran Digital Literacy yang cocok bagi masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:

Bagian Foundation yang merupakan dasar dari Knowledge Base dibuat sebagai materi pembelajaran yang didorong oleh tujuan (sesuatu yang ingin dicapai atau diselesaikan). 

Pengetahuan yang berbasis tujuan direpresentasikan oleh tiga pilar yang mengkonstruksi Learning Foundation: vision, belief, dan faith. Vision disini merepresentasikan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, di dalam sistem pembelajaran ini yaitu menyiapkan penduduk Indonesia, baik generasi muda maupun dewasa, untuk menjadi melek digital di dalam kapabilitas, ketrampilan, dan sikap dalam penggunaan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari maupun bekerja. Indonesia adalah negara yang religius dengan mayoritas masyarakatnya menganut nilai-nilai yang berbau kepercayaan dan keyakinan (believedan faith)

Knowledge base adalah penyimpanan yang mengoleksi, memproses, dan menyiapkan materi-materi pembelajaran untuk ditransfer. Pengetahuan-pengetahuan yang dikoleksi mengenai Digital Literacy dengan ruang lingkup diskusi yang luas mencakup tiga dimensi Digital Literacy. Pengetahuan sebagai materi pembelajaran disampaikan dalam salah satu bentuk knowledge type answering questionyaitu what and the importance (why), best practice (how to do), tips and tricks (maintenance), problem case examples and how to solve it (case solving). 

Pengetahuan berbasis tujuan itu kemudian disampaikan kepada pembelajar melalui tiga tipe aktivitas transfer, yaitu difussion(mempromosikan kesadaran mengenai penggunaan Digital Literacysehingga bisa diakses dalam semua interface toolsdan menjawab pertanyaan what and why), dissemination(melingkupi aktivitas bersama pembelajar untuk mengetahui karakteristik mereka dan menjawab how to dodan maintenance knowledge), dan implementation(aktivitas transfer dengan tujuan menciptakan perubahan perilaku).

Evalution dilakukan untuk mendampingi pembelajar menguasai Digital Literacy. Penguasaan dilihat dari understanding leveldan content level. Understanding level terdiri dari lima level yaitu know-what, know-why, know-how, know-best practice,dan  know-how to solve problem cases, semua hal tersebut berujung pada konsistensi sikap dan perilaku. Content level mengacu pada taksonomi digital milik Bloom. 

Profil yang mendeskripsikan karakteristik personal atau grup dari pembelajar dibagi-bagi dalam beberapa kategori berikut: basic goal, age, role, social class, understanding level, and content level. Jangkauan karakteristik-karakteristik tersebut sudah mencakup semua kelompok yang termasuk dalam pengguna digital media (pembelajar Digital Literacy) di Indonesia.

User Interface menyediakan interaksi media diantara pembelajar dengan sistem pembelajaran. Sebuah pemanfaatan media digital dengan fungsi-fungsi spesifik dan fitur-fitur untuk mendukung Knowledge Transfer dan Evaluation. Hal ini diimplementasikan menggunakan teknologi seperti website, mobile web, social media, dan SMS broadcast. Fungsinya yaitu menyampaikan materi pembelajaran dari Knowledge Basedan menampaikan uji serta feedback antara sistem pembelajaran dan pembelajar.

Keberagaman digital di Indonesia membutuhkan edukasi Digital Literacyyang disampaikan melalui beberapa mekanisme transfer pengetahuan. Model ini perlu perkembangan berkelanjutan yang berfokus pada beberapa faktor diantaranya: kurikulum detail untuk semua peran dan grup pembelajar, transfer pengetahuan mana yang paling efektif, dan indikator serta bagaimana mengukur evaluasi dari penguasaan Digital Literacytersebut.

(Sumber : Digital Literacy Learning System for Indonesian Citizen oleh Amalia Rahmah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun