Mohon tunggu...
Ilma Firliasari
Ilma Firliasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang

Man Jadda wajada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanamkan Nilai Moderasi Islam dalam Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

16 November 2021   12:55 Diperbarui: 16 November 2021   13:47 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jadi, mengenai hadis tentang bid'ah, sesuai dengan kelompok pendukung perayaan Maulid nabi, tidak boleh ditafsirkan secara tekstual sedikit seperti itu. Karena bid'ah menyebutkan ada bid'ah yang bertentangan dengan Sunnah dan oleh karena itu merupakan tujuan syari'at. Adapun ulama Salaf yang tidak merayakan Nabi, sesuai dengan kelompok pendukung perayaan Maulid, hal ini terjadi karena pada saat itu para santri belum menemukan aturan khas untuk menilai hal-hal baru.

Dengan demikian mereka hanya mengukur segala sesuatu dengan prinsip-prinsip syariah. Bagaimanapun, itulah argumen yang disukai dari 2 kelompok yang menolak perayaan Maulid dan orang-orang yang mendukungnya. Di sini kami tidak akan menyebutkan benar dan salah. Kami percaya bahwa setiap kelompok dengan segala argumentasinya berpredikat tanpa memeriksa Allah dan untuk yang agung.

Dan menurut kami, perbedaan pendapat, selama itu didukung argumentasi atau argumentasi, menjadi hal yang lumrah. Karena dalam sejarah Islam tercatat banyak terjadi perdebatan dan perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam masalah agama. hal ini akan terlihat dari munculnya mazhab fiqih yang bervariasi.

Namun, meskipun para ulama terdahulu berbeda pendapat dalam banyak hal, ukhuwah mereka tetap utuh. Sementara yang menjadi masalah saat ini, menurut kami, sering terjadi permusuhan hanya karena perbedaan pendapat. Tidak percaya bahkan sampai saling menghina. Termasuk dalam perbedaan pendapat mengenai perayaan Maulid ini.

 Padahal, seharusnya kita seperti para pendahulu kita yang terbuka terhadap perbedaan pendapat. Dan yang terpenting bagi kita terkait Maulid Nabi ini, mengutip perkataan Kiai Husein Muhammad dalam bukunya yang mengatakan bahwa yang terpenting adalah: “Meniru kepribadian mulia Nabi dan melanjutkan cita-cita luhurnya. 

Cita-cita kemanusiaan universal; membebaskan manusia dari penyembahan berhala kekuasaan, praktik penindasan dan diskriminasi, membela yang lemah dan miskin, menegakkan martabat dan kehormatan manusia, membangun hubungan manusia dalam cinta yang tulus, dan menegakkan keadilan bagi semua orang.”

Dengan demikian, permusuhan yang terjadi seharusnya hanya membiarkan tradisi merayakan Maulid Nabi dihentikan, dan diganti dengan melanjutkan cita-cita dan ajaran Nabi untuk kepentingan bersama.

Daftar Pustaka

Anshory, Isnan Pro Kontra Maulid Nabi: Mencari Titik Kesepahaman. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018.

Muhammad, K.H Husein. Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi, Jakarta: Qaf, 2017.

Penulis : Ilma Firliasari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun