Â
BATAN mengembangkan radiofarmaka Teknesium 99m-etambutol yang dapat menjadi solusi deteksi dini tuberkulosis, termasuk tuberkulosis ekstra paru yang selama ini sulit didiagnosis.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tidak hanya jaringan parenkim paru (TB paru), bakteri TB dapat pula menginfeksi jaringan dan organ tubuh lain, seperti sendi, tulang, usus, kulit, selaput otak (meninges), dll. TB inilah yang kemudian dikenal sebagai TB ekstra paru. Menurut WHO, dari 6,3 juta kasus tuberkulosis baru dan kambuh di dunia pada tahun 2016, 15% kasus merupakan TB ekstra paru.
TB menjadi perhatian utama negara-negara berkembang karena merupakan penyebab kematian nomor satu akibat infeksi. Berdasarkan Global Tuberculosis Report WHOÂ tahun 2017, Indonesia merupakan salah satu dari 20 negara berkembang dengan masalah TB terbesar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pemerintah memprioritaskan pencegahan dan pengendalian TB di sektor kesehatan dan bertekad untuk memberantas TB pada tahun 2030.
Diagnosis TB Sulit Ditegakkan
Salah satu tantangan program pemberantasan TB adalah sulitnya penegakkan diagnosis TB secara klinis. WHO melaporkan bahwa satu per tiga kasus TB tidak terdiagnosis atau terlambat didiagnosis. Selama ini, diagnosis TB paru bergantung pada metode konvensional, seperti uji apus sputum, pemeriksaan adanya bakteri tahan asam (BTA), foto rontgen, dll. Namun, hasil uji ini kurang meyakinkan dokter dalam menegakkan diagnosis pada pasien karena rendahnya sensitivitas uji. Tidak hanya itu, diagnosis konvensional membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh hasil. Misalnya saja, uji keberadaan BTA pada pasien membutuhkan waktu 4-8 minggu.
Berbeda dengan diagnosis TB paru, deteksi TB ekstra paru bahkan lebih sulit dan bersifat invasif karena membutuhkan pembedahan untuk menguji spesimen jaringan atau organ yang terinfeksi bakteri TB. Selain menimbulkan nyeri, metode ini tentunya berisiko menyebabkan infeksi jika dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas terbatas.
Teknik Pencitraan Menggunakan Radiofarmaka Teknesium 99m-Etambutol
Jika radiofarmaka tersebut disuntikkan ke dalam tubuh pasien TB aktif, maka Tc 99m-etambutol akan berikatan dengan dinding sel bakteri TB dalam tubuh pasien. Alhasil, perunut ini terakumulasi pada jaringan dan organ yang terinfeksi bakteri TB. Sinar gamma yang dipancarkan obat kemudian ditangkap oleh perangkat pencitraan kamera gamma, seperti SPECT/CT scan. Pada monitor alat ini akan terbentuk citra tubuh pasien dengan penampakan lokasi-lokasi infeksi TB yang berbeda dari bagian tubuh lain yang tidak terinfeksi.
Teknik pencitraan Tc 99m-etambutol tidak hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis TB paru, tetapi juga dapat mendeteksi keberadaan TB yang letaknya jauh di dalam tubuh pasien yang diduga menderita TB ekstra paru.