Mohon tunggu...
illyas dede saputra
illyas dede saputra Mohon Tunggu... -

Active on Environment Campaign since 2013 I am a climate tracker for Adopt a Negotiator and i am also a Sobat Bumi Indonesia member.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

is Coal (Fossil Fuel) Our Friend (?) Yes, No

31 Juli 2015   18:02 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:20 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Perubahan iklim (Climate Change) pada dasarnya merupakan peristiwa alam yang alami. Namun, akibat perbuatan manusia yang melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, salah satunya karbondioksida  ke atmosfer sehingga menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur bumi yang tidak wajar yang disebut Global Warming. Global Warming terutama disebabkan oleh hasil pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, gas, dan gas alam) yang menghasilkan karbon dioksida (CO2) sebagai pemicu gas rumah kaca. Gas rumah kaca secara alami penting untuk kehidupan di bumi. Tanpa mereka, kita tidak dapat hidup karena bumi akan menjadi terlalu dingin. Namun, jumlah mereka yang terlalu banyak dan peningkatan temperatur global membuat iklim menjadi tidak stabil, dan kesehatan ekosistem global berada dalam bahaya hingga dapat mempengaruhi kepunahan yang akan terjadi lebih cepat. 

Para ahli Perubahan Iklim mencatat kenaikan temperatur bumi telah mencapai 1,4oC hingga 5,8oC daripada semestinya. Dikhawatirkan apabila dalam abad ini kenaikannya mencapai lebih dari 2oC maka akan banyak terjadi kepunahan, terutama di daerah Kutub dan Tropis. Para ilmuwan percaya bahwa pembakaran bahan bakar fosil dan aktifitas manusia merupakan alasan utama dari peningkatan konsentrasi CO2 yang merupakan merupakan gas utama rumah kaca. Pembakaran bahan bakar fosil mengeluarkan karbon yang telah terperangkap selama berjuta-juta tahun dan menambah kadar karbon dioksida di atmosfer. Bahan bakar fosil yang dipergunakan untuk menjalankan alat transportasi, menghangatkan rumah, bangunan perkantoran, dan pembangkit listrik yang harus bertanggung jawab terhadap 25% dari peningkatan emisi CO2 sejak revolusi industri (WWF-Indonesia).

Batubara (bahan bakar fosil) merupakan sumber energi terpenting untuk pembangkitan listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk industri. Namun demikian, batubara juga memiliki karakter negatif yaitu disebut sebagai sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi akibat tingginya kandungan karbon. Sumber energi penting lain, seperti gas alam, memiliki tingkat polusi yang lebih sedikit namun lebih rentan terhadap fluktuasi harga di pasar dunia. Dengan demikian, semakin banyak industri di dunia mulai mengalihkan fokus energi ke batubara. Batubara adalah kekuatan dominan di dalam pembangkitan listrik dunia. Lebih dari 39 persen seluruh listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batubara karena kelimpahan batubara, perolehan batubara yang relatif mudah dan murah.

Indonesia  adalah  negara yang ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, terutama terhadap batubara. Lebih dari 90% listrik yang dihasilkan di negeri ini berasal dari bahan bakar fosil yang sepertiganya berasal dari batubara. Pantas jika Indonesia merupakan negara penyumbang emisi gas karbon peringkat 7 dunia menurut laporan Universitas Concordia yang diterbitkan di jurnal Environmental Research Letters 2014. Hal ini dikarenakan besarnya tingkat penggunaan energi berbahan bakar fosil batu bara sebagai sumber tenaga listrik. Permintaan kebutuhan listrik semakin tinggi setiap tahunnya, yang artinya akan semakin banyak karbondioksida yang dilepas ke udara dan berpotensi memperparah Pemanasan Global.

Katakan tidak pada bahan bakar fosil batubara sekarang juga, dan menjadi masyarakat pintar untuk menyelamatkan dunia dengan cara menghemat penggunaan listrik dan selalu menggunakan transportasi umum. Jika dibandingkan antara CO2 yang dihasilkan oleh minyak bumi, Gas CH4 atau gas Methana yang dihasilkan oleh batubara mempunyai daya merusak yang jauh lebih dasyat. 1 ton CH4 menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 24 ton CO2. Jadi, bisa  kita bayangkan betapa dahsyatnya daya rusak batubara terhadap kehidupan di planet ini. Batubara mengeluarkan partikel PM 2,5 yang sangat mudah masuk ke tubuh manusia melalui udara yang dihirup. Ini menyebabkan risiko kanker lebih tinggi. Aktivis Greenpeace International Lauri Myllyvirta mengatakan, penggunaan batubara menyebabkan 60 ribu orang Indonesia meninggal tiap tahun.

Kegiatan pemanfaatan bahan bakar fosil harus segera dihentikan dan mulailah beralih dengan memanfaatkan renewable energy. Saat ini, beberapa negara berkomitmen mengurangi penggunaan batubara. China, misalnya,  menargetkan pengurangan penggunaan batubara mulai 2017 sebesar 30%. Mereka mulai mengembangkan sumber energi terbarukan karena pencemaran udara sangat parah pernah melanda China tahun 2008. Tiga tahun terakhir China berusaha mengembangkan energi angin, solar panel dan berbagai sumber energi terbarukan lain. Begitu juga  seharusnya yang dilakukan oleh Indonesia karena memiliki banyak sumberdaya alam seperti angin, surya, air, dan panas bumi. Dilansir pada web esdm bahwa total potensi energi panas bumi sebesar 29.038 GWe  dan yang dimanfaatkan hanya 1.226 MW. Selain itu Indonesia dapat memanfaatkan tenaga surya 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp dan begitu juga banyaknya titik potensi tenaga angin yang belum dimanfaatkan.

Komitmen jangka panjang dalam mewujudkan nol emisi pada tahun 2050 harus ditekankan kepada seluruh Negara terutama Indonesia. Jika kita menunda tindakan nol emisi maka kesehatan dunia dalam bahaya dan kemungkinan dunia hanya memiliki 66 persen kesempatan untuk menyelamatkan bumi dari kenaikan suhu 2 derajat.

 

Illyas Dede Saputra, 22nd

Is a member Sobat Bumi Indonesia

and also a climate tracker for Adopt a Negotiator.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun