Mohon tunggu...
illyas dede saputra
illyas dede saputra Mohon Tunggu... -

Active on Environment Campaign since 2013 I am a climate tracker for Adopt a Negotiator and i am also a Sobat Bumi Indonesia member.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kabar Baik untuk Alam dari Bonn, Jerman !

11 Juni 2015   09:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bonn, Jerman berlangsung sebuah perbincangan hangat  membahas  komitmen jangka panjang dalam mewujudkan nol emisi pada tahun 2050 dan akan menjadikan topik utama bahasan dalam COP21 Paris mendatang. Saat ini terdapat 127 negara telah mendukung misi tersebut diantaranya dalam baris depan terdapat negara negara yang rentan akan pengaruh perubahan iklim seperti Samoa, Ethiopia dan Maladewa. Menurut hasil perbincangan tersebut, jika kita menunda tindakan nol emisi maka kesehatan dunia dalam bahaya. Jika tindakan nol emisi dilakukan pada tahun 2075, kemungkinan dunia hanya memiliki 66 persen kesempatan untuk menyelamatkan bumi dari kenaikan suhu 2 derajat

Negara negara yang sangat mendukung hal ini adalah negara yang telah memiliki kesamaan atau saling terintegrasi antara tujuan jangka panjang pada masing masing daerah dan keputusan pemerintah pusat, termasuk negara negara maju seperti Inggris, dan Amerika Serikat yang memiliki komitmen mengurangi emisi hingga 80-83 % pada tahun 2050. Tidak hanya itu, di ikuti oleh beberapa negara lain yang berkomitmen akan menuju nol emisi pada tahun 2050 yaitu Bhutan, Kosta Rika, Denmark, Ethiopia, Maladewa, Monako, Norwegia dan Swedia.

Bhutan, sebuah negara yang terkenal akan hasil prduksi pertambangan domestik yang saat ini telah memiliki pandangan untuk menyeimbangkan sumberdaya alam yang dimanfaatkan dengan pembangunan yang berkelanjutan. Pembahasan mengenai skema emisi industri pertambangan serta mengukur jejak karbon menjadi isu utama di negara ini.

Costa rica sendiri dapat menargetkan pada tahun 2021 untuk komitmen nol emisi.  Pada tahun 2015 negara ini sudah menjadi negara pertama di dunia yang menggunakan 100% energi terbarukan selama 75 hari berturut-turut. Mengurangi subsidi BBM pada tahun 1997 dan mengalihkan pendapatan untuk mendorong konservasi hutan dan pengelolaan keanekaragaman hayati. Langkah ini cukup efektif untuk membalikkan fakta sejarah yang dahulunya merupakan negara  tingkat deforstasi  tercepat di dunia. 

 

Demikian pula, Denmark telah berkomitmen untuk mengubah sistem energi. Saat ini Denmark mencapai 19 % energi terbarukan dan memiliki target mencapai 33% pada tahun 2020 dengan target meningkatkan tenaga angin dan biomassa.

Kopenhagen melalui walikotnya Frank Jenson berpendapat  “we want to show that it is possible to combine growth and an increasing quality of life while reducing carbon emissions and meeting environmental challenges”.

Begitu juga tanggapan dari Oslo melalui walikota Fabian Stang “move Oslo from a low carbon towards a zero emission city.”

Lalu bagaimana dengan Indonesia ? kapan target Indonesia untuk nol emisi ?

Keterbalikan dari semuanya, Indonesia  adalah  negara yang ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, terutama terhadap batubara. Lebih dari 90% listrik yang dihasilkan di negeri ini berasal dari bahan bakar fosil, sepertiganya berasal dari batubara.

Indonesia melalui Perpres nomor 71 tahun 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  memiliki program 10.000 MW  yang terdiri atas pembangunan 37 PLTU dengan bahan bakar batubara. Pelaksanaan proyek ini jelas mendapatkan perlawanan dari aktivis lingkungan dikarenakan PLTU berbahan bakar batubara merupakan penyumbang utama pemanasan global.  

 Batubara merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca ke atmosfer, batubara merupakan bahan bakar fosil yang bertanggung jawab terhadap meningkatnya laju pemanasan global yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.

Dibandingkan dengan CO2 yang dihasilkan oleh minyak bumi, Gas CH4 atau gas Methana yang dihasilkan oleh batubara mempunyai daya merusak yang jauh lebih dasyat. 1 ton CH4 menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 24 ton CO2. jadi, bisa  kita bayangkan betapa dasyatnya daya rusak dari batubara terhadap kehidupan di planet ini.

Belum tuntasnya permaslahan proyek 10.000 MW ( PLTU Batang ) muncul wacana pembangunan proyek 35.000 MW untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Indonesia diharapkan dapat mengolah energi terbarukan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki untuk melindungi bumi ini. Dilansir pada web esdm bahwa total potensi energi panas bumi sebesar 29.038 GWe  dan yang dimanfaatkan hanya 1.226 MW. Selain itu Indonesia dapat memanfaatkan tenaga surya 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp dan begitu juga banyaknya titik potensi tenaga angin yang belum dimanfaatkan.

Saya yakin Indonesia pasi bisa meninggalkan bahan bakar fosil dan  memanfaatkan dengan maksimal bahan bakar terbarukan serta Indonesia pasti bisa menggabungkan pertumbuhan pembangunan dengan meningkatkan kualitas hidup sekaligus mengurangi emisi karbon dan memenuhi tantangan lingkungan dengan memulai awal proyek pemanfaaatan 35.000 MW energi terbarukan yang ada untuk bumi kita tercinta

Tony de Brum, Menteri Luar Negeri  Republik Kepulauan Marshall, berpendapat, “National policies, and public and private sector investment decisions must be based on the premise that the fossil fuel era is coming to an end, and the renewables revolution is here to stay.”

Pernyataan tersebut menekankan bahwa dunia Internasional harus membangun tujuan jangka panjang yang kongkrit untuk mengurangi emisi bahan bakar fosil untuk tujuan pembangunan berkelanjutan. Tanpa adanya tujuan jangka panjang yang jelas, pertemuan COP21 Paris bisa dikatakan sebagai produk gagal. Dengan ini, dapat mewujudkan COP21 sebagai perundingan   iklim PBB yang mendapatkan kembali kekuatannya, dan menjadi kekuatan pendorong dari upaya global untuk mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“ Menjaga ibu pertiwi adalah tugas semua bangsa, ayo mulai mencinta bumi dan selamatkan bumi!!. (Sobat Bumi Indonesia)”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun