Mohon tunggu...
illyas dede saputra
illyas dede saputra Mohon Tunggu... -

Active on Environment Campaign since 2013 I am a climate tracker for Adopt a Negotiator and i am also a Sobat Bumi Indonesia member.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kabar Baik untuk Alam dari Bonn, Jerman !

11 Juni 2015   09:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Batubara merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca ke atmosfer, batubara merupakan bahan bakar fosil yang bertanggung jawab terhadap meningkatnya laju pemanasan global yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.

Dibandingkan dengan CO2 yang dihasilkan oleh minyak bumi, Gas CH4 atau gas Methana yang dihasilkan oleh batubara mempunyai daya merusak yang jauh lebih dasyat. 1 ton CH4 menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 24 ton CO2. jadi, bisa  kita bayangkan betapa dasyatnya daya rusak dari batubara terhadap kehidupan di planet ini.

Belum tuntasnya permaslahan proyek 10.000 MW ( PLTU Batang ) muncul wacana pembangunan proyek 35.000 MW untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Indonesia diharapkan dapat mengolah energi terbarukan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki untuk melindungi bumi ini. Dilansir pada web esdm bahwa total potensi energi panas bumi sebesar 29.038 GWe  dan yang dimanfaatkan hanya 1.226 MW. Selain itu Indonesia dapat memanfaatkan tenaga surya 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp dan begitu juga banyaknya titik potensi tenaga angin yang belum dimanfaatkan.

Saya yakin Indonesia pasi bisa meninggalkan bahan bakar fosil dan  memanfaatkan dengan maksimal bahan bakar terbarukan serta Indonesia pasti bisa menggabungkan pertumbuhan pembangunan dengan meningkatkan kualitas hidup sekaligus mengurangi emisi karbon dan memenuhi tantangan lingkungan dengan memulai awal proyek pemanfaaatan 35.000 MW energi terbarukan yang ada untuk bumi kita tercinta

Tony de Brum, Menteri Luar Negeri  Republik Kepulauan Marshall, berpendapat, “National policies, and public and private sector investment decisions must be based on the premise that the fossil fuel era is coming to an end, and the renewables revolution is here to stay.”

Pernyataan tersebut menekankan bahwa dunia Internasional harus membangun tujuan jangka panjang yang kongkrit untuk mengurangi emisi bahan bakar fosil untuk tujuan pembangunan berkelanjutan. Tanpa adanya tujuan jangka panjang yang jelas, pertemuan COP21 Paris bisa dikatakan sebagai produk gagal. Dengan ini, dapat mewujudkan COP21 sebagai perundingan   iklim PBB yang mendapatkan kembali kekuatannya, dan menjadi kekuatan pendorong dari upaya global untuk mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“ Menjaga ibu pertiwi adalah tugas semua bangsa, ayo mulai mencinta bumi dan selamatkan bumi!!. (Sobat Bumi Indonesia)”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun