Hal lain yang harus selalu diingat dalam proses penerapan CDD adalah selalu lakukan pengecekan ulang terhadap hal-hal yang mempunyai tingkat resiko tinggi dan dianggap mencurigakan.
3.) Setelah Menerapkan CDD, Lakukan EDD!
EDD atau Enhanced Due Diligence adalah tindakan lanjutan dari CDD. Fungsinya adalah analisis lebih jauh dan mendalam tentang nasabah. Sumber dana nasabah, tujuan transaksi, hingga usaha para nasabah juga mendapatkan pengecekan lebih lanjut. Dalam prosesnya, EDD ini meliputi serangkaian tindakan seperti:Â
- Mendapatkan material lain sebagai hal pendukung untuk mengindentifikasi calon konsumen atau nasabah.
- Mencari sumber pendanaan, sumber kekayaan atau asset apa saja yang dimiliki oleh calon nasabah.
- Memahami sifat hubungan bisnis yang dimiliki nasabah dan tujuan transaksi yang sudah dilakukan.
- Menerapkan pemantauan berjalan atau ongoing monitoring.
Orang-orang atau calon nasabah yang dianggap perlu mendapatkan tindakan EDD, antara lain:Â
- Orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting oleh Negara lain atau disebut juga Politically Exposed Person (PEP). Baik PEP Domestik atau Asing harus mendapatkan perlakuan yang sama. Apalagi mereka mempunya fungsi penting dalam penyelenggaraan Negara,
- Keluarga dan atau orang-orang terdekat PEP, dan
- Orang-orang yang menjalankan fungsi besar dalam organisasi berskala internasional.
4.) Mengapa CDD Diperlukan?
Setelah mengetahui proses penerapannya, Anda semakin tercerahkan mengenai Perlukah CDD Â dalam Sebuah Bisnis, bukan? Nah, CDD ini harus dilakukan oleh penyedia jasa keuangan di beberapa situasi berikut:
 1. Hubungan Bisnis Baru
Perusahaan harus menerapkan prosedur CDD sebelum melakukan dan atau memperluas kerjasama bisnis barunya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui identitas konsumen dan dapat memenuhi profil resikonya.Â
2. Transaksi Secara Berkala
Ketika kegiatan transaksi dilakukan secara rutin dan berkala, disitulah penerapan CDD diperlukan. Dikarenakan proses transaksi ini mungkin juga melibatkan sejumlah uang dengan nominal tertentu dan konsumen bersiko tinggi di luar negeri.Â
3. Kecurigaan Adanya Pencucian Uang
Jika muncul tanda-tanda adanya aktivitas pencucian uang (money laundering), maka perusahaan harus segera menerapkan prosedur CDD.Â
4. Dokumentasi yang Meragukan
Jika saat proses identifikasi berkas-berkas milik konsumen tidak cukup lengkap dan terasa meragukan, maka disaat itulah perusahaan harus menerapkan CDD untuk memperoleh informasi yang valid.Â
5.) Risiko dan Sanksi Jika Tidak Menerapkan CDD
Jika bisnis tidak menjalankan CDD, ternyata ada risiko dan sanksinya. Berikut adalah resiko-resiko tersebut :
- Reputasi bisnis bisa jadi negatif. Hal ini tentu membuat kepercayaan nasabah berkurang.
- Bisa mengalami kasus pencucian uang yang merugikan atau berpotensi memicu denda.
- Berpotensi terkait dengan kasus hukum. Hal ini tentu akan merepotkan dan membahayakan kelanjutan bisnis.
Sementara itu, berikut adalah sejumlah sanksi yang bisa didapat jika bisnis tidak menerapkannya :
- Bagi penyelenggara, sanksi paling ringan bisa berupa teguran tertulis. Sanksi lain adalah berupa denda atau pembatasan aktivitas usaha. Bahkan, yang cukup berat, bisa jadi akan ada penghentian aktivitas usaha. Penghentian ini bisa berupa sementara atau permanen.
- Bagi para petinggi, akan dihadapkan dengan kasus hukum. Apalagi jika terbukti ada kasus pencucian uang atau pendanaan terorisme.
Sekarang Anda sudah paham seberapa pentingnya CDD dalam sebuh bisnis. Semoga informasi tadi bisa menambah wawasan Anda tentang CDD beserta cara penerapannya. Dengan begitu, Anda yang mempunyai bisnis bisa lebih siap untuk memulai dan membuat rencana bisnis Anda kedepan.Â