Ibadah merupakan serangkaian kegiatan yang dalam pelaksanaanya diatur oleh hukum syari'at. Sebuah dalam pelaksanaanya ada yang diterima dan ada yang tidak diterima oleh Allah swt. Sebagaimana sabda Nabi Saw dari Aisyah radhiyallahu 'anha,
"Barangsiapa yang mengerjakan amalan yang tidak ada contoh dari kami maka amalan itu tertolak"
Secara garis besar Nabi memberikan penjelasan bahwa syarat satu ibadah itu diterimah atau tidak itu hanya dua poin saja yang pertama itu ikhlas yang kedua adalah ittiba'urrusl yaitu mengikuti contoh dari nabi yaitu caranya tidak menyimpang dari hukum syari'at.
Yang pertama ikhlas, dalam ibadah seseorang harus meniatkan bahwa ibadahnya itu hanya untuk Allah dan karena Allah ta'ala bukan karena mencari pujian atau sanjungan dari manusia, firman Allah ta'ala.
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (Q.S. Al-Bayyinah: 5).
Perintahnya adalah ikhlas dalam ibadah agar tidak menjadi orang yang celaka sebagaimana diingatkan dalam firman Allah di Surah Al-Ma'un.
"Maka celakalah bagi orang yang shalat,"
Bagaimana orang yang sholat itu bisa celaka?, Ayat selanjutnya memberikan penjelasan.
{}
{}
{}
"Yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya, Orang-orang yang berbuat riya dan orang-orang yang enggan memberi bantuan".
Sebab kecelakan bagi orang yang shalat karena bukan untuk Allah ta'ala yang berefek pada sikap sosialnya tidak mau membantu orang lain dan karena ibadahnya itu bukan ikhlas karena Allah menyebabkan pelakunya jatuh dalam bentuk syirik kecil, ibadah tapi bukan untuk Allah.
Ikhlas dalam ibadah artinya adalah dilihat manusia atau tidak ia tetap istiqomah dengan sholatnya karena tujuannya bukan untuk dilihata manusia tapi Allah, sebagaimana syair Rabi'ah.
" Tuhanku jika ibadahku
Karena takut nerakamu, maka campakkan aku kedalamnya, jika ibadahku karena mengharapkan surgamu jauhkan aku darinya, namun jika ibadahku hanya mengharapkan cintamu maka jangan kau palingkan wajahmu dari ku"
Inilah bentuk ikhlas yang sebenarnya dalam ibadah bukan karena neraka ataupun surga tapi karena Allah, ada dan tidak adanya neraka dan surga kita tetap menyembah Allag.
Yang kedua, sebagai syarat diterimanya ibadah harus mengikuti contoh dari Rasullullah Muhammad saw. Sebagai teladan kita, dalam sholat misalnya mutlak harus mengikuti petunjuk nabi
"Sholatlah kalian sebagaiman aku sholat"
Kalau Nabi sholat magrib ketika matahari mulai tenggelam maka kita tidak boleh sholat magrib di jam 5 sore begitupun dalam ibadah yang lain, puasa Ramadhan misalnya hanya dilakukan di bulan ramadhan tidak boleh di bulan lain begitupun dengan zakat fitrah tidak boleh dikeluarkan kecuali di bulan ramadhan dan ibadah yang lain ketika kita menyelisih maka ibadah itu tertolak dan pelakunya pun mendapat dosa.
Wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H