Mohon tunggu...
ILLINIA RIYADI
ILLINIA RIYADI Mohon Tunggu... -

I'm economic researcher

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Harian Seorang Pengelana

3 Februari 2014   09:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RAHASIA TUHAN
Pasti ada tujuan mengapa Tuhan mengijinkan lahirnya seorang manusia ke muka bumi ini. Dia tak mungkin membiarkan manusia itu lahir atas nama kesia-siaan belaka. Maka, yang perlu dilakukan manusia adalah mencari setitik jejak itu. Jejak yang memberi petunjuk, kemana Tuhan menempatkan manusia itu di muka bumi ini. Menjadikan manusia itu sebagai manusia yang sempurna. Berkontribusi. Menyumbangkan pikiran dan jiwanya pada tempat yang menjadi takdir keberadaan manusia itu. Tempat yang menjadi kenyataan atas impian dan cita-citanya. Tempat yang menjadi alasan kenapa seorang manusia itu dilahirkan ke muka bumi ini. Tempat, yang menjadi saksi perjalanan hidup manusia. Sekaligus tempat berakhirnya kehidupan yang Tuhan titipkan sementara pada setiap umat manusia.

KITA DAN DUNIA
Tuhan berikan rasa indah ini padaku untukmu. Denganmu, aku belajar mencintai tiap detik waktu yang harus dilewati dengan melakukan hal yang kita sukai. Kau ajariku keberanian untuk memilih jalan hidup yang ingin kutempuh. Denganmu, aku menyadari indahnya perjalanan hati. Meresap ke dalam kalbu. Menjadikan diri ini tak lagi sama dengan pribadi sebelumnya. Denganmu, aku menyadari pentingnya bercengkrama, bergaul. Mengenal banyak orang, mempelajari jiwa tiap manusia yang begitu berbeda. Denganmu, aku menyadari betapa anti sosialnya diriku. Terlalu kaku untuk berteman, takut tersakiti. Hingga saat ini pun, aku belum berubah. Masih serupa laksana monyet cilik di kebun binatang yang tak tau apa-apa. Tak mengerti kerasnya hidup. Tak mengerti arti persahabatan, cita-cita dan cinta. Hingga kau datang ke dalam hatiku. Menyapaku dari jauh. Membelai hatiku dengan lembut laksana angin yang mendesir di Lembah Mandalawangi. Aku tertegun. Menikmati tiap detik waktuku yang tertuang habis untukmu.

Suatu saat, aku tahu pesona ini akan berakhir. Sama seperti sebelum-sebelumnya yang pernah kualami sebelum denganmu. Namun, aku tahu. Kehadiranmu dalam hidupku tidaklah sia-sia semata. Tuhan pasti menitipkan sebuah pesan atas datangnya dirimu dalam hatiku. Yang kuperlukan hanyalah kepercayaan. Dan keikhlasan untuk melepaskanmu suatu saat nanti. Agar kau temukan kedamaianmu yang hakiki. Bersemi kembali penuh arti dalam rangkaian cinta yang abadi.
TERUSIR WAKTU
Jaman kian berubah. Namun tidak dengan hatiku. Dia masih saja membisu dan berlabuh di dermaga yang salah. Silih berganti mencari sandaran hati. Namun, tak satupun temukan kedamaian hati.

Aku dekat dengan orang-orang sekitarku. Tapi, tidak dengan hatiku. Mereka masih berteriak kencang. Kudengar sayup hingga ke atas. Namun, tak satupun berikan kebahagiaan. Kami dekat. Bertemu, berpapasan. Namun, tak pernah sekalipun bicara dari hati ke hati. Hari demi hari, kami terkungkung. Termakan usia yang terus mendekat ke garis cakrawala. Menunggu batasnya waktu senja hingga tiba saatnya tenggelam di ufuk barat sana. Tak ada satu pun yang mengerti. Arti kebersamaan yang hakiki. Apalah artinya bertemu setiap hari, bila tak ada pembicaraan dari hati ke hati. Yang jauh terasa dekat, sementara yang dekat terasa begitu jauh. Laksana terpisah luasnya padang sabana dan stepa yang terhampar membisu.

Aku mencintaimu, tapi tak bisa memilikimu. Aku memilih berada di tengah-tengah mereka, namun tak bisa rasakan kebahagiaan. Hidup yang membosankan. Hanya dikelilingi tabir-tabir kepalsuan dan dinding-dinding kamar yang kian meninggi. Membatasi pandangan dari apa yang ada di luar sana. Menjadikanku laksana monyet cilik yang tak tahu apa-apa. Tak pernah rasakan dan nikmati indahnya alam yang Tuhan sudah ciptakan untuk dinikmati segenap makhluk-Nya.

Aku ada. Aku dekat. Namun terasa begitu jauh dari mereka. Tak ada sahabat, yang ada hanya kesepian. Yang terus  menggigiti setiap sudut ruang hati ini.
KEAJAIBAN KECIL DUNIA
Namanya Illinia. Cantiknya secantik bianglala di Pantai Senggigi. Tingginya menjulang setinggi deretan pohon cemara di jalan setapak menuju Kalimati. Dia begitu jauh, sejauh puncak Mahameru yang tak pernah tergapai. Tak pernah terjamah oleh jiwa yang rapuh dan kelam.

Namanya Illinia. Cantiknya secantik bunga edelweis, bunga keabadian. Kaki kakinya yang jenjang melangkah tegas menyusuri indahnya keabadian cinta. Tenggelam oleh ketidaksempurnaan akal yang tergerus kebutaan harap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun