Aku mengucapkannya laksanapasir putih yang berbisik pada buih di lautan
Sendu, lembut, tak terasa, namun ada
Membahana di seluruh sanubariku
Namun tak terdengar tenggelam oleh sayup-sayup kebingaran dunia
Aku mengucapkannya pada angin yang berhembus di sekitarku
Menyatu dan terbang menjadi partikel-partikel kecil bersama udara
Berharap kelak udara itu kau hirup
Dan membekas di hatimu yang terdalam
Bukan karena aku takut atau tak yakin dengan hatiku
Namun karena aku tak tahu cara lain mengungkapkannya
Ucapanku ini tak sebanding dengan semesta yang memujamu
Maka, aku pun memilih melenggang pergi
Mengucapkannya sesederhana mungkin meski ku tahu kau tak akan pernah tahu
Kesederhanaan itu yang membuat rasaku berbeda dari lainnya untukmu
Puisi ini satu-satunya jalanku menuju hatimu
Membentangkan jalan setapak menuju pelukanmu
Sebuah impian semu yang tak pernah ada
Goresan harap yang tak pernah punya makna
Rangkaian kata yang hanya buaian belaka
Namun dengan kekosongan itulah aku bertahan hingga detik ini
Kekosongan yang membunuh, namun sekejap memberikan warna dalam tiap hariku
Aku mengucapkannya
Tapi kau tak pernah tahu
Aku mengatakannya
Tapi kau tak pernah mendengar
Aku pergi
Dan kau pun pergi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H