Mohon tunggu...
muhammad ilim
muhammad ilim Mohon Tunggu... -

apa aja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mitos Jurnalisme

9 Juni 2016   10:07 Diperbarui: 10 Juni 2016   10:20 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi adalah salah satu cara manusia mempertahankan harkat dan martabat kemanusianya. Komunikasi juga merupakan konsekuensal dari posisi manusia sebagai makluk sosial.

Sepanjang sejarahnya, komunikasi mengenai dua aliran /mazhab pemikiran. Yakni aliran perpindahan pesan (mazhab transmisi) dan aliran pertukaran makna (mazhab semiotika). Aliran penyampaian pesan adalah yang pertama dan tertua, oleh karena itu, komunikasi selalu diidentikan dengan penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan. Ungkapan Harold Laswell who say what, in which channel, to whom, with what effect adalah yang menandaskan tentang aliran perpindahan pesan ini.

Media yang di yakini muncul pertama kali pada era Julius Caesar. Saat itu ada dua media massa, yaitu, Acta Diurna dan Acta Senatus. Acta Diurna adalah pengumuman dari agenda dan kegiatan kerajaan. Sedangkan Acta Senatus merupakan catatan harian tentang agenda kegiatan senat atau setara dengan dewan perwakilan rakyat.

Konglomerasi media di Indonesia sudah sangat lumrah. Selain konglomerasi mediannya, keterlibatan dan afiliasi politik mereka juga yang menjadi persoalan besar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.

Nyaris semua media memiliki afiliasi, hubungan, dan kepentingan dengan partai politik. Dengan begitu, media di Indonesia tidak independen dan tidak bisa menentukan dirinya sendiri sebagai media. Dengan berdiri sendiri nya suatu media, bisa menentukan kebijakan redaksi dan berita secara mandiri tanpa intervensi kepentingan nonmedia.

Di era modern dengan kapitalisme sebagai urat nadi, media dan politik bertemu dengan faktor bisnis. Dengan tuntutan kapitalisme media berubah menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan. Ketika media bersinergi dengan bisnis dan politik, maka berita yang berperan sebagai jantung jurnalisme kehilangan substansinya. Persekutuan media, bisnis, dan politik di tangan satu orang atau beberapa orang hnaya akan melahirkan Orde Baru dalam bentuk lain atau Orde Baru jilid dua. Demi memperkokoh kekuasaan, untuk mencapai popularitas, dan guan memperpanjang roda bisnis, media menjadi kendaraan yang paling efektif. Disinilah media menjadi mitos kata Ronald Barthes.

Keberadaan media sebagai salah satu indikator demokrasi adalah sesuatu yang ideal, namun dalam konteks media yang sehat, independen, dan bertanggung jawab.

Dengan demikian harus deibedakan anatara demokrasi procedural dan demokrasi substansial. Demokrasi subtansial bisa terwujud bila demokrasi formal tersedia.

Identitas Buku :

Judul                           :           Mitos Jurnalisme

Pengarang                  :           Dudi Sabil Iskandar & Rini Lestari

Penerbit                     :           CV. ANDI OFFSET

Tahun Terbit              :           2016

Halaman                      :           xxii + 330 Halaman

ISBN                            :           978 979 29 5542 2

Harga                          :           Rp. 60.000,00

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun