Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti yang dilalui dan hodos yang berarti jalan, jadi metode bermakna jalan yang harus dilalui. Kemudian secara harfiah, metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan method dan menjadi term metode dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharqah yang berarti jalan atau cara. Demikian pula menurut Yunus, tharqah adalah perjalanan hidup, hal, mazhab dan metode. Beragam makna tharqah yang memiliki pengertian yang mendeskripsikan suatu perjalanan kehidupan, suatu perguruan atau majlis pengajian yang cenderung kepada ajaran mistik, dan lain sebagainya. Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di antaranya pengertian yang dikemukakan Surakhmad, bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.[3]
Pelaksanaan pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (demografis) sehingga faktor ini juga sangat penting untuk dipertimbangkan. Adapun kedudukan metode dalam dunia pendidikan dan pengajaran yaitu: (1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, yaitu sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar peserta didik. (2) Metode sebagai strategi pengajaran yakni menguasai teknik-teknik penyajian dalam mengajar sehingga berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan. (3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan yaitu sebagai pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.[4]
Ayat-Ayat tentang Metode PendidikanÂ
- Q.S Ali 'Imran (3): 159Â
- Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
- Â
- Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. li 'Imrn [3]:159[5]
- Â
- Nabi Muhammad selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum muslimin patuh melaksanakan putusan putusan musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa takut akan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.[6] Â
- Â
- M. Quraish Shihab di dalam Tafsirnya al-Misbah menyatakan bahwa ayat ini diberikan Allah kepada Nabi Muhammad untuk menuntun dan membimbingnya, sambil menyebutkan sikap lemah lembut Nabi kepada kaum muslimin, khususnya mereka yang telah melakukan pelanggaran dan kesalahan dalam perang uhud itu. Beliau bermusyawarah dengan mereka sebelum memutuskan perang, beliau menerima usukan mayoritas mereka, walau beliau kurang berkenan, beliau tidak memaki dam mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi hanya menegurnya dengan halus, dan lain lain.[7]
- Adapun kandungan dari QS. Ali 'Imran ayat 159 adalah sebagai berikut: Pertama, para ulama berkata, "Allah SWT memerintahkan kepadda NabiNya dengan perintah-perintah ini secara berangsur-angsur". Dimana yang artinya bahwa Allah memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan mereka atas kesalahan mereka terhadap beliau. Setelah dimaafakan, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah. Kedua, Ibnu 'Athiyah berkata, "Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan penetapan hukum-hukum". Ketiga, dalam musyawarah pasti ada perbedaan pendapat. Maka orang yang bermusyawarah harus memperhatikan perbedaan itu dan memperhatikan pendapat yang paling dekat dengan kitabullah dan sunnah, jika memungkinkan.[8]
- Dari kandungan surat tersebut, dapat ditarik kesimpulannya mengenai relevansi denga pendidikan. Dimana hal ini khususnya bagi pendidik yang memiliki peran penting ddalam mendidik, membimbing, membina peserta didiknya sesuai fitrah yang telah diberikan Allah. Tanggungjawab tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sehingga dapat mencapai tujuan dari pendidikan yaitu membentuk insan kamil, menjadi hamba Allah yang kuat, tunduk, taat dan menjadi manusia yang mempunyai wawasan keilmuan yang luas. Sehingga hal ini dapat menjadi menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.[9]
- Merujuk dari isi kandungan di atas, bahwa seorang pendidik harus memiliki sikap yang lemah lembut, menyenangkan untuk anak didik, tidak membosankan, menjadi tempat untuk berlindung dan untuk memcahkan masalah.
- Q.S Al-Nahl (16): 125
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Â
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah424) dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. An-Nal [16]:125[10]
Metode pendidikan dalam ayat ini dijelaskan, bahwa metode yang disebutkan adalah hikmah yaitu dengan al-Qur'an. Makna umum dari ayat ini bahwa nabi mengajak umat manusia dengan cara-cara yang telah diajarkan di dalam al-Qur'an.yaitu dengan metode al-Hikmah, Mau'idhoh Hasanah dan Mujadalah.[11]Â
Proses dan metode belajar mengajar berdasarkan Filsafat Lebah (An Naar) berarti membangun  sistem yang kuat dengan "jaring" yang meluas ke segala arah. Analogi ini bersifat komprehensif bagi siswa, guru, kepala sekolah, orang tua siswa, komite sekolah, dan instansi terkait lainnya. Sehingga hal tersebut dapat menjadi komponen pendidikan yang komplit, dimana menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya: (1) Metode Al-Hikmah. Metode ini memiliki makna mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan. Imam Al-Qurtubi menafsirkan al-Hikmah dengan "kalimat yang lemah lembut". Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada "dinullah" dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan. (2) Metode Mudhoh Hasanah. At-Thobari mendefinisikan Mauidhoh Hasanah dengan "Al-Ibr Al-Jamila" adalah perumpamaan indah yang diambil dari Kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian. Pendidikan yang baik mencakup nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan  siswa. Mauidhoh Hasanah merupakan prinsip mendasar yang melekat pada setiap guru dan menjadi lebih berkesan jika disampaikan kepada siswa. Kalaupun benar-benar terjadi perpindahan nilai, siswa  tidak akan merasa digurui. (3) Metode Mujadalah. Mujadalah artinya menggunakan cara berdiskusi yang ilmiah dan baik, disertai sikap tenang dan raut muka ramah, dengan tetap menyerahkan hasilnya  kepada Allah SWT. Cara komunikasi ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan  Harun ketika berinteraksi dengan Fira'un. Hasil akhir akan dikembalikan kepada Allah SWT. Karena hanya Allah  yang mengetahui apakah seseorang mendapat hidayah atau tidak. Metode mujadalah ini lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan - alasan yang mendasar dan ilmiyah dalam setiap argumen diskusinya. Guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke "Student Center" yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual differencies) bukan "Teacher Center". Metode ini biasanya digunakan dalam diskusi-diskusi ilmiah untuk mencari kebenaran dari beberapa pendapat yang berbeda, seperti dalam perkuliahan.[12]
- Q.S Al -- A'raf (7); 176 -- 177
(176) (177)
- 176 - Seandainya Kami menghendaki, niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Maka, perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikian itu adalah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Â 177 - Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka hanya menzalimi diri mereka sendiri.[13]
Metode pendidikan dalam dua ayat tersebut menjelaskan metode pendidikan yang dapat dipakai adalah metode perumpamaan dan metode cerita (kisah). Berikut penjelasan dari metode tersebut diantaranya: (1) Metode perumapamaan. Makna metode perumpamaan adalah  cerita lisan  guru kepada siswa, dan metode komunikasinya adalah penggunaan perumpamaan. Pendidik mencontohkan seekor anjing yang lidahnya selalu menjulur. Dalam kasus ini, pendidik mengajarkan kepada siswa  untuk selalu mensyukuri segala nikmat yang  Allah anugerahkan kepada kita. Jangan merasa kekurangan,  seperti anjing, dia selalu menjulurkan lidahnya, tidak peduli dia lapar, haus, berlari atau kenyang. Kelebihan dalam metode ini diantaranya: mempermudah siswa memahami apa yang disampaikan pendidik, dan perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. (2) Metode cerita (kisah). Dalam hal ini pendidik mendidik peserta didik dengan menceritakan kisah seseorang yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Seperti Qorun, dia rakus akan hartanya, maka Allah menenggelamkannya beserta hartanya dalam keserakahannya.[14]
Â