"Orang lain sudah sukses, kok aku belum ya? Jadi minder."
"Pengen deh cepet lulus kayak dia, tapi rasanya kok aku gak bisa."
Pernah berpikiran seperti kalimat-kalimat di atas? Hati-hati, perasaan dan pemikiran seperti itu termasuk ke dalam imposter syndrome, lho. Jadi, sebenarnya apa sih imposter syndrome ini?
Imposter syndrome atau dalam bahasa Indonesianya adalah sindrom penipu merupakan kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang telah dicapainya.Â
Orang dengan sindrom ini justru akan merasa cemas, rendah diri, seolah-olah suatu saat orang akan tahu bahwa dia hanya seorang penipu dan tidak berhak mengakui semua pencapaian dan kesuksesannya.
Fenomena imposter syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1970-an oleh seorang psikolog bernama Pauline R. Clance dan rekannya yang bernama Suzzane A. Imes. Istilah ini juga muncul pertama kali dalam sebuah artikel yang ditulis oleh mereka, yang mengamati bahwa wanita berprestasi tinggi mempercayai bahwa diri mereka tidak cerdas, atau bahwa mereka terlalu dinilai tinggi oleh orang lain.
Saat konsep imposter syndrome diperkenalkan, pada awalnya hanya dianggap berlaku untuk wanita yang berprestasi. Tetapi sejak saat itu fenomena ini kemudian dimaknai dengan pengertian yang lebih luas.
Imposter syndrome bisa muncul dalam berbagai cara. Berikut adalah beberapa jenis imposter syndrome yang telah teridentifikasi adalah :
1. Perfeksionis
Orang yang merasa tidak pernah puas dan akan selalu merasa pekerjaannya bisa lebih baik lagi. Mereka cenderung terpaku pada kekurangan atau kesalahan apa pun yang sebelumnya mereka lakukan.