Ibu Agus menjelaskan bahwa langkah selanjutnya yang dilakukan dalam membuat jumputan yaitu membuat pola di kertas biasa terlebih dahulu. Kemudian, pola yang sudah dibuat tadi dijiplak di kain yang sudah disiapkan. Langkah berikutnya adalah menentukan bagian kain mana yang ingin diberi pewarna. Selanjutnya bungkus kelereng dan ikat kain dengan karet atau tali rafia, tutup bagian kain yang tidak ingin diberi zat pewarna menggunakan plastik.
Lalu lakukan proses pencelupan dengan memanaskan air sampai mendidih dan larutkan satu bungkus pewarna, tambahkan 2 sendok garam atau cuka dan aduk larutan tersebut. Masukkan kain ke dalam pewarna sampai terendam sempurna dan diamkan sekitar 2 menit hingga zat pewarnanya meresap ke dalam kain. Tiriskan atau angkat kain pada permukaan yang rata dan jemur kain di tempat yang bersih. Setelah itu buka ikatan pada kain, lalu cuci dan bilas kain tersebut. Saat kain jumputan sudah kering, bisa setrika kain dengan suhu sedang dan batik jumputan pun sudah jadi!
Pesanan di Ibu Sejahtera bisa mencapai lebih dari 100 kain, namun saat pandemi seperti ini memang berkurang dari biasanya. Untuk pelatihan pun belum ada yang mendaftar sejak awal pandemi. Meskipun begitu, tetap ramai orang datang untuk melihat maupun membeli kain jumputan yang sudah jadi.
"Ya tetap bikin, kalau lagi ada waktu kosong begitu tetap sambil buat jumputan. Sudah jadi hobi" tambah beliau.
Nah jadi, berminat untuk belajar membuat batik jumputan? Meski keadaan pandemi saat ini, hendaknya kita juga bisa produktif untuk dapat belajar dan menghasilkan sesuatu, bukan? Jangan sampai waktu kita terbuang sia-sia dan tidak mendapatkan pelajaran apapun ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H