Mohon tunggu...
Ilham Wakhid
Ilham Wakhid Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Amatir

Menyukai Banyak Hal / Amatir Dalam Segala Bidang

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Menderita Penyakit TB Paru hingga Perjuangan Jalani Pengobatan yang Melelahkan

1 Mei 2020   13:53 Diperbarui: 8 April 2021   12:39 7327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi TB Paru (Sumber: sains.kompas.com)

Mungkin bagi sebagian orang bertanya-tanya dalam benaknya mengenai TB Paru, TB Paru apa itu? Sesuai dengan judulnya, tapi disisi lain sebagian yang lain juga sudah tidak asing lagi dengan istilah ini, apalagi yang sudah pernah mengalaminya, baik yang mengalaminya itu adalah keluarga, kerabat, teman atau bahkan kita sendiri. 

TB Paru adalah nama dari sebuah penyakit kalo dulu orang lebih mengenal dengan istilah TBC (Tuberkulosis). Mengutip dari hellosehat.com, TB Paru atau TBC (tuberculosis) adalah "penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. 

Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru sehingga disebut TB Paru. Orang awam biasa menyebutnya dengan flek paru atau paru-paru berlubang". 

Sebenarnya saya ngangkat tulisan ini karena saya pribadi adalah pasien TB Paru. Sekitar bulan Januari tahun 2019 saya mengalami hal yang menurut saya biasa dialami orang banyak yaitu kurang enak badan (meriang) dan demam.

Menurut saya ini hal biasa karena ketika imun atau daya tahan tubuh kita sedang turun-turunnya alias drop dan kurang fit hal ini biasa terjadi dan banyak faktor yang melatar belakangingya, bisa karena kelelahan akibat bekerja atau bisa juga karena makan dan istirahat yang tidak teratur. Apapun bisa menjadi faktornya.

Tapi kali ini saya rasa ada yang berbeda, kurang enak badan (meriang) dan demam yang saya alami terus berlanjut di beberapa hari berikutnya, ditambah badan terasa begitu lemas. 

Klimaksnya saya harus dibawa ke rumah sakit karena demam tinggi yang tak kunjung turun, Diagnosis awal saya terkena typus, saya pun sempat mengamini hal tersebut mungkin karena setahun belakangan saya disibukan dengan kerjaan yang tak kunjung usai dan dituntut untuk segera menyelesaikan pekerjaan alias lembur.

Singkat cerita saya masuk menjadi member rawat inap di RS, tapi setelah beberapa hari menjadi member rawat inap, demam pun tak kunjung turun, lebih tepatnya naik-turun. 

Diagnosis kedua saya terkena DB (demam berdarah). Hari berikutnya pun masih sama demam masih naik-turun (fluktuatif). Karena dirasa mencurigakan, dokter pun menyuruh saya untuk tes darah ditambah rontgen (ronsen). Dari hasil tersebut lebih tepatnya hasil rontgen (ronsen), fix saya terkena TB Paru.

Ilustrasi paru-paru (Photo by Nino Liverani on Unsplash)
Ilustrasi paru-paru (Photo by Nino Liverani on Unsplash)
Ketika divonis mengidap sakit TB Paru, saat itu saya syok berat dan diam seribu bahasa, dalam hati saya sempat bertanya, bagaimana mungkin saya terkena penyakit tersebut, dokter sempat menuduh saya, kamu merokok ya? 

Saat itu saya sontak menjawab jika saya bukan perokok, tapi memang di sisi lain saya sering berkumpul atau bersinggungan dengan orang-orang yang merokok (aktif), bisa dibilang saya sebagai perokok namun (pasif).

Merokok atau asap rokok mungkin bisa menjadi salah satu penyebabnya, tapi saya di sini tidak ingin membahas penyebabnya apa, karena saya pun tidak tau secara pasti. Tapi di sini saya akan membahas mengenai ciri-ciri umum apabila seseorang terkena TB Paru.

Berdasarkan yang saya baca informasi di dinding rumah sakit dan sepengetahuan serta pengalaman pribadi saya, ciri-ciri umum seseorang ketika terkena TB Paru ada 6 yaitu sebagai berikut:

Kelemahan atau Kelelahan
Kelelahan yang saya rasakan adalah kelelahan yang teramat sangat begitu melelahkan, ini mirip seperti anemia. Awalnya saya berpikir kelelahan yang saya rasakan adalah akibat kerja (baik fisik maupun psikis) dan saya berpikir saya hanya butuh banyak istirahat.

Tapi setelah saya mencoba untuk istirahat selama seharian guna merefresh kembali, ternyata kelelahan yang saya alami juga tak kunjung usai dan terobati, padahal dalam kondisi normal istirahat 5-10 menit saja biasanya saya kembali segar.

Beberapa bulan saya tetap mengalaminya, untuk jalan saja saya begitu kelelahan kemudian saya mencoba untuk tidak begitu banyak beraktivitas anehnya hal itu pun sama lelahnya. 

Penurunan Berat Badan Secara Drastis 
Pada awalnya penurunan berat badan yang saya rasakan adalah suatu bentuk kewajaran dikarenakan begitu banyak aktivitas yang saya lakukan, tapi memang sejak dulu anehnya badan saya gini-gini aja dan cenderung kurus padahal bisa dibilang makan saya lumayan banyak, sempat berpikir juga kalo saya ini cacingan.

Kehilangan Nafsu Makan
Kehilangan nafsu makan adalah hal yang sangat menyedihkan ketika biasanya kamu semangat menyantap makanan yang begitu enak nan lezat tapi kali ini kamu malas bahkan untuk menyantapnya. 

Biasanya seorang pasien TB Paru memiliki porsi makan yang sedikit ini bukan karena makanan yang tidak enak atau lezat, tetapi dikarenakan memang kehilangan nafsu atau selera makannya. 

Oleh sebab itu ketika seseorang mengalami atau terkena TB Paru, maka dokter mengajurkan untuk makan yang banyak guna memenuhi asupan gizi serta menekan infeksi atau virus Tuberkulosis. Ini juga bisa sebagai salah satu indikator bahwa pasien membaik secara kesehatan. 

Demam atau Menggigil (Meriang)
Seperti yang sudah saya terangkan diatas demam atau menggigil (meriang) yang bersifat (fluktuatif) yang berkepanjangan merupakan salah satu indikator TB Paru yang patut untuk diwaspadai dan sebaiknya segera periksakan ke dokter.

Berkeringat di Malam Hari
Berkeringat di malam hari di sini bukan sedang berolahraga malam. Maksudnya di sini bukan seperti olahraga indoor atau outdoor; futsal, badminton, jogging atau bersepeda pada malam hari. Tetapi pada saat tidak sedang beraktivitas contohnya saja saat tidur. 

Sesak Nafas atau Nafas Terengah-engah
Pada mulanya dada saya begitu sakit saya berpikir karena faktor masuk angin, kemudian saya pun berinisiatif untuk kerokan seperti kebanyakan orang, di bagian dada kiri saya dan terbukti hasilnya merah tapi setelah itu dada saya tak kunjung membaik dan cenderung sesak seperti terhimpit dan ketika berjalan atau beraktivitas nafas saya terasa pendek dan terengah-engah seperti berlari beberapa kilometer.

Ketika seseorang terkena TB Paru, biasanya dokter dalam hal ini akan memberikan obat selama 6 bulan penuh tanpa jeda artinya jangan sampai putus, kalo putus bisa nangis kamu (ini bukan pacaran ya? Ingat) maksudnya adalah pasien TB Paru harus minum 3 (tiga kali sehari) obat sekaligus per-hari.

Jangan sampai lupa mudahnya seperti itu dan harus teratur, pagi hari sebelum makan, jika kelupaan atau lalai sehari saja tidak minum bisa berabe, artinya kemungkinan kamu untuk mengulang minum obat selama 6 bulan lagi akan terjadi dan ini memperarah kondisi infeksinya.

Apakah dalam kurun waktu 6 bulan itu pasien TB Paru otomatis sembuh? Beberapa kasus yang saya temui baik berdasarkan pengalaman pribadi saya, orang lain serta cerita orang lain yang sama-sama pasien yang memiliki riwayat TB Paru, memiliki kurun waktu yang berbeda-beda ada yang 6 bulan.

Ada yang 1 tahun bahkan saya pribadi sampai saat ini belum dinyatakan sembuh, kemarin saat kontrol untuk mengecek perkembangan terbaru TB Paru saya.

Dokter mengatakan bahwa biasanya pasien TB Paru sembuh dalam kurun waktu 8 sampai 9 bulan, jadi tiap orang dalam hal ini memiliki waktu untuk masa penyembuhnya berbeda-beda. 

Menjalani pengobatan TB Paru memang begitu melelahkan dan membutuhkan konsentrasi penuh tapi semua harus dijalani dengan ikhlas, penuh kesabaran serta kedisiplinan untuk memperoleh kesembuhan. 

Karena itu sangat dibutuhkan kepedulian kita semua untuk memahami dengan baik apa itu TB Paru dan memberikan pemahaman yang benar dan kepada orang-orang di sekitar kita. 

Bahwa TB Paru bisa disembuhkan dengan pengobatan yang disiplin sesuai anjuran dokter. Selain itu perlu kesadaran kita semua untuk menjaga pola hidup yang sehat, serta perhatikan 6 ciri-ciri umum yang telah disebutkan diatas dan segera periksakan ke dokter apabila memiliki 6 ciri-ciri umum yang disebutkan di atas.

Salam, mencegah lebih baik dari mengobati !!! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun