Suryavarman II Â dan Pengaruhnya dalam Peradaban Hindu-Buddha di Kamboja
Suryavarman II dihormati sebagai salah satu raja terbesar Kekaisaran Khmer (802-1431 M) karena berhasil mendirikan pemerintahan pusat yang kuat dan menyatukan wilayah tersebut. Meskipun ia melakukan banyak ekspedisi militer yang tidak selalu berhasil, keberhasilan terbesarnya terletak dalam diplomasi, terutama dengan membuka hubungan dagang dengan Tiongkok yang mendukung perekonomian.Â
Meskipun diingat sebagai pemimpin yang cakap, Suryavarman II juga dikenal sebagai penguasa yang mengambil kekuasaan dengan cara kekerasan, termasuk membunuh paman buyutnya untuk naik takhta. Ia melegitimasi pemerintahannya melalui pembangunan Angkor Wat yang megah, didedikasikan untuk dewa pelindungnya, Wisnu, mungkin sebagai ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilannya. Pembangunan kuil ini, yang memakan banyak kekayaan melalui perdagangan dan pajak, mencerminkan kekayaan, kemewahan, dan monarki ilahi yang menjadi pusat pemerintahan Khmer pada masa itu, khususnya di bawah pemerintahan Suryavarman II.
 Penemuan Kembali Angkor Wat.
Angkor Wat merupakan kompleks kuil di Siem Reap, Kamboja, yang awalnya didedikasikan untuk dewa Hindu Wisnu pada abad ke-12. Kompleks ini dikenal sebagai salah satu bangunan keagamaan terbesar kedua setelah Kuil Karnak di Mesir. Nama "Angkor Wat" berarti "Kota Kuil" dan menggambarkan hubungan antara manusia dan alam para dewa.Â
Dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan kaisar Khmer Suryavarman II, kuil ini memiliki luas 420 hektar dengan menara pusat setinggi 213 kaki dan parit mengelilinginya. Meskipun awalnya digunakan sebagai kuil Hindu, Angkor Wat kemudian diambil alih oleh para biksu Buddha pada akhir abad ke-13.
Kompleks Angkor Wat adalah pusat kekaisaran Khmer yang termegah di wilayahnya pada zamannya. Namun, sebagian besar dari kompleks ini ditinggalkan pada abad ke-16 Masehi, kemudian tertutup oleh hutan di sekitarnya. Penjelajah Barat menemukan situs ini pada abad ke-19, membersihkan vegetasi berlebihan, dan memulai upaya restorasi. Saat ini, Angkor Wat merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO dan tujuan wisata terkenal di seluruh dunia.
Sebenarnya, berbeda dengan banyak situs bersejarah lainnya, Angkor Wat tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Sebaliknya, ia perlahan-lahan terlantar dan rusak.
Namun, Angkor Wat tetap menjadi keajaiban arsitektur yang tidak ada duanya. Situs ini "ditemukan kembali" pada tahun 1840-an oleh penjelajah Prancis Henri Mouhot, yang menulis bahwa situs ini "lebih megah dari apa pun yang ditinggalkan oleh Yunani atau Romawi."
Pujian tersebut mungkin disebabkan oleh desain kuilnya, yang diduga mewakili Gunung Meru, tempat tinggal para dewa, sesuai dengan ajaran agama Hindu dan Buddha. Lima menara kuil dimaksudkan untuk mereproduksi lima puncak Gunung Meru, sementara dinding dan parit di bawahnya menghormati pegunungan sekitar dan laut.
Pada saat pembangunan situs ini, Khmer telah mengembangkan dan menyempurnakan gaya arsitektural mereka sendiri, yang mengandalkan batu pasir. Akibatnya, Angkor Wat dibangun dengan balok-balok batu pasir.
Dinding setinggi 15 kaki, dikelilingi oleh parit lebar, melindungi kota, kuil, dan penduduk dari invasi, dan sebagian besar benteng itu masih berdiri. Jalan setapak batu pasir melayani sebagai titik akses utama untuk kuil. Di dalam dinding-dinding ini, Angkor Wat membentang lebih dari 200 hektar. Dipercaya bahwa area ini mencakup kota, struktur kuil, dan istana kaisar, yang berada di sebelah utara kuil.
Namun, sesuai dengan tradisi saat itu, hanya dinding luar kota dan kuil yang terbuat dari batu pasir, sementara sisanya dibangun dari kayu dan bahan lain yang kurang tahan lama. Oleh karena itu, hanya bagian-bagian tertentu dari kuil dan tembok kota yang tersisa.
Meskipun demikian, kuil ini tetap menjadi struktur yang megah. Di titik tertingginya menara di atas makam utama kuil ini mencapai ketinggian hampir 70 kaki di udara.
Dinding kuil dihiasi dengan ribuan bas-relief yang mewakili dewa-dewa dan tokoh penting dalam agama Hindu dan Buddha serta peristiwa-peristiwa kunci dalam tradisi naratifnya. Ada juga bas-relief yang menggambarkan Kaisar Suryavarman II memasuki kota, mungkin untuk pertama kalinya setelah pembangunannya.
Referensi
World Encyclopedia History
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H