Indonesia merupakan salah satu negara yang dianugerahi kekayaan alam yang sangat melimpah, dari banyaknya kekayaan alam Indonesia, gunung-gunung yang termasuk didalamnya menjadi salah satu anugerah dengan potensi wisata yang dinilai besar sekali.
Tercatat Indonesia memiliki 400-an lebih gunung yang tersebar di seluruh Indonesia, hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat kegiatan outdoor khususnya para pendaki gunung. Menurut data dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), tahun 2020 ada seiktar 150 ribu wisatawan asing dan 3 juta wisatawan domestik yang mendaki gunung Indonesia. Diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2023.
beberapa gunung-gunung yang menjadi favorit seperti Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl yang berada di Pulau Lombok, Danau Segara Anak menjadi andalan gunung ini untuk menarik wisatawan mengunjungi dan menaklukannya. Lalu ada Semeru dengan ketinggian  3.676 mdpl yang bedarada di Malang, Jawa Timur dan merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Sama hal nya dengan Rinjani, gunung ini memiliki Danau, Ranu Kumbolo yang menjadi incaran para wisatawan untuk mengabadikan momen pendakian mereka.
Tren mendaki dari waktu ke waktu semakin menjadi salah satu pilihan favorit terkhusus bagi kaum milenial, gen Z di tengah gencarnya issue mental healt. Gunung dianggap tempat yang indah dan keren ketika dapat menaklukannya dan mengabadikan momen-momen indah didalamnya. Gunung juga menjadi sebuah ruang khusus bagi kaum patah hati untuk mengobati luka.
Namun dibalik Megahnya keindahan gunung-gunung dan melonjaknya wisata pendakian, ada banyak sisi kelam di baliknya. Dengan meningkatnya wisatawan, maka meningkat pula pengunjung, maka aktivitas di dalamnya pun meningkat, dengan demikian membuat gunung-gunung tersebut yang pada hakikatnya merupakan habitat bagi berbagai macam flora dan fauna, yang mungkin beberapa dari mereka sudah dikategorikan sangat langka menjadi terganggu. belum lagi masalah sampah yang timbul dari aktivitas tersebut yang menjadikan masalah paling besar yang harus segera di selesaikan, bahkan masalah ini telah muncul sebelum wisata pendakian semelejit seperti sekarang.Â
Fakta mengenai sampah ini sangat mengejutkan, terbukti pada Oktober 2023 lalu di gunung Rinjani telah dilakukan kegiatan clean up yang dimotori oleh  Balai Taman Nasional Gunung Rinjani bersama Forum Lingkar Rinjani, dari kegiatan tersebut terhitung sebanyak total 339 kilogram sampah dibersihkan yang mencakup area camp Plawangan menuju Danau Segara Anak, jalur pendakian Sembalun dan Torean.
Kemudian menurut data yang diambil oleh TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) tercatat bahwa setiap pengunjung membuang sampah rata-rata 0,5 kilogram, dan jika setiap hari ada 200 hingga 500 pendaki yang masuk ke kawasan TNBTS, maka dapat diperkirakan akan ada 250 kilogram sampah yang ditinggalkan setiap hari. Tentu saja ini menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan.
Seorang pendaki asal perancis bernama Remi Colbalchini yang pernah mendaki 21 gunung berapi di Indonesia hanya dalam waktu satu bulan dan tidak pernah tersesat, sempat menghebohkan dunia pendakian Indonesia, bukan karena berhasil menaklukan 21 gunung dalam satu bulan saja, yang membuat cerita itu heboh adalah Ia tidak pernah tersesat selama mendaki gunung di Indonesia, alasannya karena mengikuti jejak sampah yang tersebar di area gunung tersebut. Ini menjadi salah satu bukti kalau gunung-gunung di Indonesia cukup mengkhawatirkan keadaannya.
Sampah yang menjadi pemeran utama dalam keprihatinan wisata pendakian Indonesia, tentu tidak dibiarkan begitu saja, berbagai pihak terkait seperti Balai Taman Nasional dari gunung maupun pihak pihak swasta yang mengelola wisata pendakian di tempat dan daerahnya masing-masing mulai memperbaiki sistem pendakian mereka, seperti mulai mempertegas peraturan lalu menerapkan sistem ticketing online, hal ini bertujuan untuk membatasi jumlah pendaki yang masuk ke kawasan Taman Nasional, dan dengan begitu pihak-pihak terkait dapat dengan mudah mengakomodir para pendaki dari mulai barang bawaan sampai pengarahan teknis kepada pendaki agar mengikuti aturan yang berlaku di Taman Nasional tersebut. Ticketing online pun memudahkan para pendaki dalam mengatur jadwal dan mendapatkan informasi, karena biasanya di website Taman Nasional ketika para pendaki akan melakukan booking tiket, disana juga sudah tercantum berbagai informasi mengenai taman nasional tersebut seperti jadwal buka tutup pendakian serta syarat dan ketentuan memasuki kawasan tersebut. Tercatat beberapa Taman Nasional yang sudah melakukan sistem ticketing online seperti;
1. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ( https://bookingnew.gedepangrango.org )
2. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( https://bookingbromo.bromotenggersemeru.org )
3. Taman Nasional Gunung Merbabu ( https://booking.tngunungmerbabu.org/app/index.php )
4. Taman Nasional Gunung Halimun Salak ( https://bookingpendakiantnghs.menlhk.go.id/kawasan/page/general )
5. Taman Nasional Gunung Ciremai ( https://bookingciremai.menlhk.go.id/kawasan/page )
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pihak terkait untuk menanggulangi permasalahan tersebut, namun pada dasarnya, segala upaya yang dilakukan ini sama sekali tidak akan membuahkan hasil, jika kesadaran yang dimiliki oleh para pendaki tidak dimunculkan, maka dari itu, hal yang paling berguna demi menjaga kelestarian gunung-gunung di Indonesia adalah menanamkan benih-benih kesadaran dan rasa mencintai terhadap alam dan lingkungan, jangan hanya menikmatinya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H