Mohon tunggu...
Ilham syarifuddin Muhammad
Ilham syarifuddin Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belum mempunyai pencapaian apapun

Hobi badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Masjid At-Thahiriyah (Masjid Bungkuk) Menjadi Saksi Bisu Penyebaran Islam di Singosari, Malang

28 September 2023   21:14 Diperbarui: 28 September 2023   21:17 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi: Foto Pribadi)

Masjid At-Thahiriyah merupakan tempat bersejarah yang masih beroperasi dalam kegiatan keagaamaan. Masjid At-Thahiriyah terletak di Jl. Bungkuk, RT.04/RW.04, Pangentan, Pagentan, Kec. Singosari, Kab. Malang, Jawa Timur. Masjid At-Thahiriyah merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah sekaligus saksi bisu akan penyebaran islam di Singosari, Malang.

Awal mula penyebaran agama Islam di Malang Raya tidak lepas dari berdirinya masjid dan pondok pesantren di kawasan Bungkuk, Kec. Singosari, Malang.  Masjid ini di dirikan oleh mantan laskar Pangeran Diponegoro yang bernama Kiai Hamimuddin sekitar tahun 1830 Masehi. Masjid yang berdiri diatas tanah berukuran 300 m persegi ini merupakan masjid tertua di Malang. Bagi sebagian orang muslim di daerah Malang Raya, Masjid At-Thahiriyah bukanlah masjid yang asing di kalangan masyarakat sekitar, dikarenakan masjid ini bersampingan dengan pondok pesantren Miftahul Falah atau yang biasa di kenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan pondok Bungkuk, yang dulunya merupakan tempat menuntut agama islam di daerah Malang Raya.

(Dokumentasi: Foto Pribadi Akses jalan menuju Masjid At-Thahiriyah)
(Dokumentasi: Foto Pribadi Akses jalan menuju Masjid At-Thahiriyah)

Nama dari Masjid At-Thahiriyah sendiri diambil dari nama Mbah Kyai Thohir, salah seorang Kyai terkenal sekaligu pengasuh pondok pesantren Miftahul Falah (Bungkuk). Semula masjid ini hanya dikenal dengan sebutan Masjid Bungkuk, karena bangunan masjid ini berada di jalan Bungkuk, Singosari, Malang. Konon, sebutan Bungkuk berasal dari masyarakat sekitar yang mengetahui banyak orang yang sedang membungkuk pada saat melakukan gerakan salat. Cikal bakal keberadaan masjid ini tidak lepas dari sosok seorang kyai yang bernama Kyai Hamimuddin. Beliau adalah salah seorang mantan laskar Pangeran Diponegoro yang lari dari kejaran tentara Belanda sekitar tahun 1830. Di area inilah beliau lalu mendirikan tempat tinggal, pesantren dan mushalla sekitar tahun 1850.

Sebagaimana yang telah diketahui hampir semua bangsa Indonesia, bahwa Singosari adalah sebuah kerajaan Hindu. Oleh karena itu, di area yang tidak jauh dari bekas daerah pusat kerajaan ini masih sangat kuat pengaruh ajaran Hindu dan bahkan Budha. Jadi jelaslah bahwa kehadiran Kyai Hamimuddin merupakan langkah awal penyebaran agama Islam di Malang, khusunya Malang Utara.

(Dokumentasi: Foto Pribadi)
(Dokumentasi: Foto Pribadi)

Pada saat itu Kyai Hamimuddin berusaha menyebarkan ajaran agama Islam dengan mendirikan sebuah pesantren. Dengan tujuan untuk mempercepat syiar islam di Singosari, Kyai Hamimuddin menikahkan salah seorang putrinya dengan Kyai Thohir dari Bangil, Pasuruan, yang memiliki garis keturunan dengan Sunan Ampel. Benar saja setelah itu, pondok pesantren Miftahul Falah (Bungkuk) mengalami sebuah kemajuan yang pesat, karena setelah Kyai Hamimuddin meninggal Mbah Kyai Thohir yang menggantikannya.

Saat memimpin pesantren itulah, Kyai Thohir mulai membangun masjid yang dulunya hanyalah sebuah mushalla kecil. Dengan seiringnya perkembangan pesantren, pada tahun 1950 M masjid ini pun dipugar  untuk kedua kalinya. Hingga kini Masjid At-Thahiriyah mengalami tiga kali pemugaran, yaitu sebelum tahun 1950 M, tahun 1950 M, dan pemugaran yang terakhir pada tahun 2008.

(Dokumentasi: Foto Pribadi)
(Dokumentasi: Foto Pribadi)

Meskipun sudah dilakukan pemugaran sebanyak tiga kali, namun ada bagian masjid yang tetap dirawat hingga saat ini. Yaitu berupa empat pilar utama masjid  berbentuk kubus yang berbentuk kubus dan berukuran 2x2 meter, yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran kaligrafi yang sangat indah dan merupakan salah satu peninggalan sejarah sekaligus saksi bisu dalam penyebaran agama islam di Singosari, Malang.

(Dokumentasi: Foto Pribadi)
(Dokumentasi: Foto Pribadi)

Adapun beberapa fasilitas lainnya seperti kamar mandi dan tempat wudhu yang ada di dekat masjid. Pengelolaan masjid ini dibersihkan setiap hari guna menjaga kebersihan masjid sebelum melakukan setiap kegiatan keagamaan di masjid tersebut. Dan juga terdapat beberapa makam orang terdahulu yang terletak di belakang masjid. Masjid ini dapat diakses oleh para pengunjung tanpa dipungut biaya. Dan masjid ini dibuka dari pukul 03.00 hingga pukul 23.00 WIB. Pemeliharaan dan juga kebersihan masjid ini dijaga setiap hari sebelum pelaksanaan kegiatana keagamaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun