Setahun lebih, pandemi COVID-19 mengancam kita. Sampai-sampai, banyak kegiatan masyarakat yang dibatasi.
Salah satunya, ya, tempat wisata. Gak bosen gimana coba? Seharian berada ditempat kerja, lanjut pulang ke rumah. Mau mulai berwisata, eeh. Malah ditutup, akhirnya balik kucing kan?
Terkadang membuat pikiran stress, dan kadang terjadi masalah baru akibat aktivitas yang begitu-begitu saja.
Alhamdulillah bulan lalu, sewaktu ada pelonggaran PPKM dari pemerintah, kami mencoba berwisata.
Eeeits, sebenernya bukan niat utamanya untuk wisata sih. Ada teman Guru saya, yang anaknya sekolah di Malang.
Niatnya utamanya sih mau cari kos-kosan. Kan, sekolah dan kuliah mulai aktif melangsungkan tatap muka. Meski terbatas ya, tapi tetap butuh tempat tinggal untuk stay di kos.
Perjalanan dimulai pukul 5 pagi. Dengan menggunakan mobil elf yang isi lebih kurang 10 penumpang. Oh iya, kami memulai perjalanan dari Kediri ke Malang.
Saya berangkat bersama, Bu Yeppi, Bu Hani, Bu Krisna, Pak Aristona, Pak Fattah, dan Ujik putra pertama bu Hani.
Hari sabtu kami berangkat ke Malang, dan alhmdulilah lancar. Namun, sebelum menuju Malang, kami mampir di tempat makan yang berada di Kandangan-Kediri. Namanya tempat makannya yakni Titin.
Disana menyanyikan makanan khas trenggalek, ya, setahu saya sih. Kuah-kuah bernuansa kuning. Hehe
Setelah sarapan pagi, dan buang air kecil, kami sejenak mengabadikan moment bersama di warung Titin-Kandangan. Dan setelahnya, lanjut lagi perjalanan.
Kurang lebih pukul 8.30 kami tiba di Malang kota. Tepatnya di sekitar kelurahan sumbersari, yang bersebelahan dengan kampus UM.
Kami mengunjungi kurang lebih 5 tempat kost putra. Namun belum berhasil mendapatkan tempat hunian yang cocok. Dan singkat cerita, setelah diantar oleh mbak-mbak yang berada di gang 5, akhirnya Ujik cocok dengan kostnya. Dan berakhirlah pencarian kos-kosan.
Lepas itu, saya melihat jam tangan dan menunjukkan pukul 10.30-an. Yang artinya, sudah menunjukkan suasana siang.
Akhirnya kami berkemas-kemas untuk melancarkan tujuan yang kedua, yakni berwisata.
Namun, sebelum wisata dimulai, Bu Hani mencari bakso khas Malang. Saya sih memang lama di Malang, tapi tidak jago soal kuliner. Hehe
Saat ditanya, bakso bakar Malang? Saya pun bingung. Dan akhirnya, ikut arahan dari sopir untuk mencoba bakso di perempatan Galunggung.
Setelah selesai makan siang, akhirnya kami merencanakan untuk pergi ke cafe sawah. Ya, maksud hati untuk menikmati indahnya suasana sawah di Malang.
Namun niat tersebut tidak berhasil, sebab cafe sawah yang ingin kami tuju tutup. Ya, mungkin karena suasana masih dalam masa pandemi.
Akhirnya, lanjut ke wisata yang tidak jauh dari cafe sawah, yakni wisata Santerra De Laponte . Dan juga sama, masih belum buka. Dengan perasaan yang agak sedikit kecewa. Kami mencari wisata lain yang bisa dikunjungi.
Tujuan wisata selanjutnya, taman kemesraan yang di dalamnya ada cafe daun cokelat (dancox). Namun, sebelum menuju ke lokasi. Kami sempatkan untuk sholat duhur di koperasi susu Pujon.
Ya, sebenernya sih, selain sholat dan istirahat, juga belanja untuk bekal oleh-oleh orang rumah.
Setelah semuanya selesai, akhirnya elf kami langsung tancap gas pergi ke wisata taman kemesraan.
Sebelum sampai di wisatanya, Bu Yeppi mampir sebentar di Wisata Sayur, Dewi Sri. Ia belanja buah jeruk, mungkin jeruk Malang beda rasa dengan Jeruk kediri. Hehe
Kurang lebih 5-10 lamanya kami menunggu, akhirnya elf kami pun meluncur ke wisata taman kemesraan. Kurang lebih 25 menit dari wisata Sayur Dewi Sri Malang. Kami tiba di wisata Taman kemesraan, dan untungnya tidak di tutup.
Sekitar pukul 2 sore kami tiba di lokasi. Dan dengan Suasana Malang yang sejuk, menambah nikmat untuk berlibur.
Meskipun matahari berada di atas kepala, tapi tidak terasa panasnya.
Dan akhirnya kita masuk ke wisata tersebut. Oh iya, untuk tiket masuk ke wisata kami kemarin sekitar 100 ribu, untuk 7 orang. Dan mendapatkan kupon yang dapat di tukarkan dengan minuman di cafe daun cokelat (dancox).
Masuk ke wisata taman kemesraan, kita melalui jembatan gantung yang lumayan meliyut-meliyut, dan goyang kanan kiri. Tapi aman kok untuk berjalan.
Jembatan gantung menuju taman kemesraan, dibatasin hanya 20 orang. Ya, mungkin kapasitas amannya segitu ya.
Sesampainya di ujung pintu masuk, kami di suguhkan dengan backdrop untuk foto di taman kemesraan.
Banyak macam lokasi foto yang bisa dinikmati di taman kemesraan. Dan kami mencoba mencari spot foto yang indah untuk diabadikan.
Oh iya, di wisata taman kemesraan ada kolam renangnya loh. Tapi pas kemarin kami berlibur disana, masih belum dibuka untuk umum.
Namanya juga taman ya, banyak suguhan bunga-bunga indah di kanan dan kiri sepanjang perjalanan kami menjelajah.
Setelah puas berfoto, dan berjalan-jalan menyusuri seluruh taman kemesraan, tibalah kami menuju ke cafe daun cokelat (dancox).
Disana cafe tersebut, disediakan berbagai macam menu. Mulai dari minuman, snack, sampai makanan berat pun ada. Dan harganya terjangkau pula.
Setelah jam tangan menujukan pukul 3.30 sore, kami bergegas untuk pulang. Memang ada wisata yang belum kami lalui, tapi lain waktu semoga bisa dikunjungi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H