Mohon tunggu...
ILHAM SUMARGA
ILHAM SUMARGA Mohon Tunggu... Guru - Buruh Pendidik

Sebuah celotehan dalam tulisan~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Nasib Bimbel Jika UN Jadi Dihapus

17 Desember 2019   06:09 Diperbarui: 17 Desember 2019   07:33 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Pesantren Darunnajah 2 Cipining di pinterest.com lalu dicrop pribadi

Berangkat dari sebuah kebutuhan siswa, yaitu kurangnya pengetahuan (baca: kognitif) siswa di sekolah. Sehingga, muncul bimbingan belajar, yang tujuan utamanya untuk menambah pengetahuan yang belum tuntas di sekolah.

Di Indonesia, banyak ragam bimbingan belajar, yang misi utamanya juga sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Memiliki kurikulum sendiri, dan menurut hemat saya, jauh lebih menarik ketimbang yang ada di sekolah. 

Mulai dari pengajar bimbel yang memberikan pengalaman belajar lebih nyaman, dan inovasi materi yang sesuai kebutuhan. Disinilah, peran bimbel bermain. Dan mencari-cari peluang yang tidak ada disekolah.

Nah, apa jadinya, jika Ujian Nasional benar-benar dihapus? Bagaimana kah, nasib dari lembaga bimbingan belajar di Indoensia?

Memang, bimbel tidak lain dan tidak bukan untuk pendamping setiap siswa yang kekurangan dalam pengetahuan, namun, apa jadinya jika UN benar-benar dihapus? apakah bimbel diminati lagi?

Sejatinya, bimbel berfokus dalam 3 aspek, yakni: 1) ketuntasan nilai anak didik bimbel di sekolah, 2) lulus Ujian Nasional, dan 3) lulus ujian lanjutan (SBMPTN). 

Ngomongi soal nasib, kayaknya ada pengaruhnya, meski tidak begitu signifikan, namun iya, pasti berpengaruh. Terlebih, apabila ulangan harian atau uji test di sekolah benar-benar diganti, membuat kelimpungan lembaga belajar ini.

Peluang yang hanya masuk, ya cuman satu aspek saja, untuk siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Mungkin itu saja yang menjadi fokus utamanya, jika tidak lagi mengincar ketuntasan belajar tiap anak.

Misal, benar terjadi perubahan instrumen penilaian yang tidak hanya dalam bentuk test di sekolah, diganti kemampuan menalar, kemampuan berkarya dan kreativitas siswa, sangat mungkin bimbel tak lagi diirik oleh orangtua siswa.

Tidak semuanya, yang bernama kebijakan akan diterima oleh semua kalangan, tapi yang pasti, kecerdasan anak memang tidak hanya berhenti dari konsep penghafalan, namun pada wilayah dimensi yang berbeda, seperti pengaplikasian di dunia nyata. 

Benar ucapan dari mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, apa guna dari pengetahuan yang kita miliki, namun tidak dipakai dalam kehidupan sehari-hari. 

Kembali pada topik utama dari tulisan ini, yang pasti dari pendapat saya, kemampuan beradaptasi dari bimbel dibutuhkan. Meskipun benar UN dihapus, namun ada peluang lain yang menjadi celan untuk permasalahan kedepannya.

Dan, pembacaan peluang dari bimbel inilah yang dibutuhkan untuk menambal kekurangan yang ada di sekolah. 

Menurut pandangan saya kedepannya, bimbel akan tetap ada, dan nasibnya akan baik-baik saja, selama lembaga-lembaga itu mampu melihat dan membaca peluang dari kebocoran yang tidak ada di sekolah.

Kita simak kedepannya, apakah ada bimbingan belajar yang bakal gulung tikar karena penghapusan Ujian Nasional?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun