"Skripsi adalah satu di antara banyak penelitian yang memungkinkan bisa dilakukan oleh mahasiswa. Kalaupun ingin dihapus, maka apa instrumen baru tentang penelitian di tingkat perguruan tinggi?"
Dunia maya emang gak pernah ada habisnya untuk mengembur keanehan-keanehan. Isu-isu dan keinginan pun bisa disampaikan secara cepat dan massive.
Semuanya bermula dari isu penghapusan ujian nasional, yang menghadirkan angin segar bagi para anak sekolahan. Mereka tak ribet lagi dengan kursus, begadang seminggu menjelang ujian, dan jatah bermain gim pun tak terganggu.
Tak terima dengan si adik, yang enak-enak dengan program penghapusan ujian nasional. Si kakak pun iri dan melakukan aksi di media sosial. Ya! meminta kepada pemerintah untuk menghapus mata kuliah skirpsi.
Nah, jika itu benar-benar terjadi? apakah dampaknya?
Pertama, mari kita samakan presepsi dan konsep dasar terlebih dahulu. Ujian nasional dengan skripsi adalah dua hal yang berbeda. Tujuan pun jauh berbeda. Dan tingkatan kognitif pun juga berbeda.
Ujian nasional adalah evaluasi dalam bentuk pengukuran secara nasional dengan instrumen yang dibuat seragam dan sama. Mengingat infrastruktur pendidikan dan SDM pendidikan yang masih belum merata di seluruh plosok negeri. Maka, instrumen evaluasi yang bernama Ujian Nasional menjadi baik apabila dihapuskan.Â
Tinggal, kita mencari alat ukur untuk evaluasi yang sama dengan ujian nasional. Sedangkan skripsi, diperuntukan mahasiswa di perguruan tinggi. Tujuan dari perguruan tinggi, tidak terbatas pada pendidikan (kognitif), melainkan juga pengabdian, dan penelitian.
Instrumen bernama skripsi adalah satu diantara banyak penelitian yang memungkinkan bisa dilakukan oleh mahasiswa. Kalaupun ingin dihapus, maka apa instrumen baru tentang penelitian di tingkat perguruan tinggi?
Kedua, dampak yang terjadi apabila skripsi dihapus. Dimata dunia, Negara Indonesia bakal menjadi negara dengan tingkat ketertinggalan tinggi. Sudah budaya baca yang kurang, enggan menulis pula. Jika skripsi benar-benar dihapus, akan menurunkan kualitas pendidikan tinggi.
Berbeda jika dibuat opsi pilihan, bisa mengambil skripsi atau menulis artikel ilmiah terindeks sinta 2. Alternatif itu yang bisa menjadi pilihan~
Ketiga, jika skripsi dihapus, lulusan menjadi kurang pengetahuan akan penelitian. Seperti: identifikasi masalah, uji hipotesis, pengumpulan data, analisa data, pengembangan produk, dan lain sebagainya.Â
Dunia kerja, jauh membutuhkan proses itu. Bukan tentang sulit untuk mencari pembimbing, namun proses untuk menulis jauh lebih penting.
Keempat, jika skripsi dihapus, mahasiswa rebahan akan semakin banyak. Kita bayangi, semester 7 atau semester 8, udah menempuh 130-140an sks. Ya sudah flat aja, tidak ada nuansa greget jadi mahasiswa.
Kelima, jika skripsi dihapus, mahasiswa tukang ngopi akan lebih banyak lagi. Ada skripsi saja para mahasiswa lama pun bisa ngopi dengan santai, apalagi gak ada skripsi. Wiih, bisa bebas merdeka!
Dah gitu aja~
Penting, banyak ruginya isu penghapusan skripsi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H