Terlihat di kursi tua dia sedang termenung
Mendengar deras hujan setelah Isya'
Deras hujan lebat dingin menyeruak
Perempuan paruh baya tak berani menyapanya
Dari balik kelambu di pandangi
Cucunya melamun menepi sendiri
Siang dan malam berganti hari
Sang cucu beranjak besar
Perempuan paruh baya itu teriris hatinya
Mendengar anak-anak lain memanggil manja ibunya
Bingung, sedih, haru berkecamuk mengintai setiap waktu
Sang kakek hanya menyandarkan kepala
Terlihat menahan air mata yang berontak
Namun tiba-tiba anak itu tersenyum
Menoleh dan menebak bahwa ia sedang diawasi
Dalam celotehnya dia meluncurkan tanya
Mbah, Ibuku kedinginan atau tidak?
Akhir-akhir ini hujannya deras
Tanahnya basah sampai dalam apa tidak?
Perempuan paruh baya itu menahan bibirnya
Matanya sembab hatinya bingung terjerembab
Tak bisa berkata dan membisu sejuta bahasa
Kakek yang sedang rebah menangis
Membuka kelambu dan memeluk sang cucu
Dengan polosnya cucu bertanya
Mbah lanang, kok basah pipinya?
Kakek itu bingung melipurkan jawaban
Tadi kakek terkena percikan hujan
Genteng rumah kita ada yang bocor
Cucunya kembali menyauti sang kakek
Semoga makam ibu tidak bocor ya Mbah?
Ketiganya tak kuat lagi menahan air mata
Suara derasnya hujan menghalau tangis haru mereka bertiga
Wilangan, 17/02/2024
Tulisan Singkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H