Mohon tunggu...
Ilham Sopiyan
Ilham Sopiyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Cairo

"Menulis adalah medium expresi diri ; Menulis adalah kesadaran akan sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Self Curriculum: Menyiapkan Diri untuk Proyeksi Masa Depan

23 April 2023   15:55 Diperbarui: 29 Juni 2023   03:08 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar dari sejarah hidup Nabi Muhammad Saw, sebelum beliau diutus menjadi Rasul dan mengemban amanah dakwah yang berat. Jalan hidup yang beliau tempuh selama 40 tahun sejak kelahiran sampai  usia pengangkatannya menjadi Rasul adalah jalan hidup yang berat. Beliau lahir dalam keadaan yatim kemudian berpindah-pindah pengasuhan dikarenakan kematian ibu dan kakeknya, sampai harus ikut bekerja dengan pamannya sebagai seorang pengembala kambing dan pedagang. 

Fase itu semua adalah bagian dari persiapan dalam membentuk kapasitas diri yang dihadapi Nabi Muhammad Saw, sebelum menghadapi tugas besar yaitu mengemban amanah dakwah atau fase kontribusi.

Maka dalam menyiapkan proyeksi masa depan diri dalam berkontribusi, perlu adanya tahap membangun kapasitas diri. Tidak berarti dalam fase membangun kapasitas diri ini kita tidak berkontribusi, begitupun dalam fase kontribusi kita tidak meningkatkan kapasitas diri. Klasifikasi tersebut lebih pada alokasi fokus dalam rentang usia tertentu.

Self Curriculum adalah bahan yang perlu disiapkan dalam diri kita untuk mensinkronisasikan antara mimpi di masa depan, baik itu berbentuk karir atau kontribusi, dengan track alur yang kita tempuh saat ini.

Self Curriculum ini perlu dibangun dalam 4 aspek secara komprehensif dan seimbang dengan tidak mengenyampingkan nilai agama sebagai basis daripada konsep ini, yaitu kapasitas intelektual, emosional, spiritual dan fisik. Keempat dimensi ini harus tumbuh secara beriringan dan harmonis.

  • Kapasitas Intelektual

Adalah bahan pengetahuan yang harus dipersiapkan untuk memenuhi segala hal yang kita butuhkan nanti dalam fase karir atau kontribusi. Misal : Ketika seseorang menginginkan berkontribusi dalam bidang kedokteran atau menjadi dokter. Maka dia mesti merancang self curriculum dalam memenuhi kebutuhan kapasitas intelektualnya dari sejak kecil usia emasnya dalam belajar, ilmu apa saja yang mesti dia pelajari, sekolah mana yang harus dia tempuh, bahkan mencari guru terbaik sekalipun agar kelak bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Maka penting sekali kita menentukan hal-hal tersebut sejak dini agar rancangan tersebut bisa efektif dengan kebutuhan waktu yang di tempuh. Maka kapasistas intelektual ini disesuaikan dengan proyeksi masa depan seseorang dalam rencana karir atau kontribusinya.

  • Kapasitas Emosional

Kapasitas Emosional adalah bahan berupa akhlak dan karakter inti yang perlu dibangun untuk bisa menjadi pribadi yang kuat bagi dirinya sendiri dengan prinsip hidup yang kokoh. Seperti kejujuran, dermawan, rendah hati, bijak, pantang menyerah, dsb. Penting sekali akhlak dan karakter ini dibangun agar kecerdasan intelektual dapat beriringan dengan kecerdasan emosional.

  • Kapasitas Spiritual

Kapasitas Spiritual adalah kekuatan ibadah sebagai penopang yang menguatkan spirit kehidupan. Dalam praktek penerapan nilai-nilai beragama, semakin seseorang salih dalam melaksanakan perintah agama, maka semakin baik jugalah kehidupannya. Karena salah satu daripada tujuan dalam beragama adalah hadirnya kebaikan dan kebahagiaan hidup untuk penganutnya. Maka kapasitas spiritual ini mesti dibangun sejak dini beriringan dengan kapasitas intelektual dan emosional.

  • Kapasitas Fisik

Kapasitas fisik adalah kualifikasi fisik, badan dan aktivitas olahraga yang dibutuhkan. Ini penting perlu dibangun sejak dini, karena kesehatan rohani dengan spiritual mesti dibarengi kesehatan jasmani dengan fisik dan olahraga. Sehingga prestasi dalam kontribusi dan karir bisa terealisasi dengan optimal di kemudian hari.

Ini adalah 4 komponen self curriculum yang mesti dibangun dalam diri untuk proyeksi massa depan, mimpi kontribusi dan karir kita. Teori ini hanya sebatas temuan yang bisa dikembangkan. Tulisan ini merupakan rangkuman dari beberapa bacaan dan pelatihan yang saya ikuti, dibarengi dengan kesadaran bahwa betapa pentingnya merencanakan kehidupan dengan didasari nilai keagamaan yang benar serta strategi yang matang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun