Berdasarkan hal diatas, nampaknya timnas senior kita perlu menunggu generasi dari timnas U-16 dan U-19 yang tampil ciamik. Tetapi, hal ini juga perlu dukungan dari PSSI dan pemerintah dalam menjaga dan mengembangkan talenta muda ini.Â
Saya sangat mengapresiasi PSSI yang memberikan beasiswa kepada anggota timnas u-16 dengan mengirim mereka ke Inggris untuk belajar sepakbola dalam kurun 6 bulan pada Januari-Juni 2019 dengan program Garuda Select dan rencananya, pada tahun ini PSSI juga akan kembali mengirim tim untuk berlatih menuntut ilmu di luar negeri.Â
Tetapi, selain pembinaan usia dini peningkatan kualitas liga Indonesia juga harus diperhatikan. Saat ini, PSSI harus menghilangkan noda kelam pengaturan skor dalam kompetisi musim lalu yang juga menyeret beberapa petinggi PSSI.Â
Selain itu, adanya dorongan dari masyarakat luas yang menginginkan reformasi pada federasi juga harus dipertimbangkan oleh PSSI agar tingkat kepercayaan masyarakat pada federasi dapat membaik.
Sebenarnya, piala dunia bukanlah hal mustahil untuk diwujudkan bagi sebuah negara yang memiliki animo besar terhadap sepakbola macam Indonesia. Tetapi, adanya permasalahan yang justru berasal dari intern membuat impian besar itu sulit terwujud.Â
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat mempercepat negara ini masuk hajatan sepakbola terbesar dunia itu, salah satunya bisa dengan menjadi tuan rumah. Saat ini PSSI dan FAT (Federasi Sepakbola Thailand) serta beberapa negara ASEAN lain sedang berunding untuk mengikuti bidding pemilihan host Piala Dunia 2034 dengn mencalonkan gabungan negara.Â
Apabila upaya itu berhasil, tentu ini menjadi kebanggan tersendiri bagi sepakbola ASEAN khususnya Indonesia. Cara lainnya agar lebih cepat masuk piala dunia dapat dilakukan dengan pindah zona yang memiliki anggota lebih sedikit. Saat ini Indonesia tergabung dengan konfederasi AFC yang memiliki negara anggota lebih dari 45.Â
Tentu, hal ini sangat sulit dikarenakan jatah negara yang hanya 4 sampai 5 negara dan baru ditambah menjadi 8 negara pada tahun 2026. Sekarang bandingkan dengan zona tetangga kita, yakni OFC (Oceania Football Confederation) yang memiliki negara anggota tidak sampai 2/3 dari total negara anggota AFC.Â
Konfederasi yang sering dianaktirikan oleh FIFA ini memang hanya mendapat jatah satu negara, itu pun harus melalui playoff antarbenua dan apabila kalah tentu tidak akan mendapatkan slot.Â
Kabar baiknya, FIFA berencana memberikan jatah 1 sampai 2 negara untuk edisi 2026. Hal ini bisa menjadi alasan kenapa kita harus pindah zona, pasalnya jika zona OFC mendapat jatah 1 negara.Â
Maka, pesaing kuatnya hanya Selandia Baru sementara negara-negara macam Fiji, Kaledonia Baru, Papua Nugini, dan Vanuatu yang baru saja kita bantai 6-0 memiliki kualitas sepakbola dibawah kita.