Mohon tunggu...
Ilham Saputra
Ilham Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi

Seorang ASN yang sedang menjadi mahasiswa magister ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Media Sosial dalam Membentuk Identitas Budaya Generasi Muda

18 Januari 2025   16:33 Diperbarui: 18 Januari 2025   16:33 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muda-mudi asik bersosial media (Sumber: Freepik)

Media sosial kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama untuk anak muda. Pada tahun 2021, ada lebih dari 4,5 miliar orang di seluruh dunia yang aktif menggunakan media sosial. Platform ini bukan cuma untuk berkomunikasi, tetapi juga jadi tempat di mana identitas budaya bisa dibentuk dan diungkapkan (Statista, 2021). Dalam hal ini, anak muda memanfaatkan media sosial untuk menjelajahi, membangun, dan mengekspresikan identitas budaya mereka, yang seringkali dipengaruhi oleh interaksi sosial, tren global, dan fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting banget untuk memahami peran media sosial dalam pembentukan identitas budaya di kalangan generasi muda.

Peran Media Sosial dalam Pembentukan Identitas Budaya

Media sosial adalah tempat yang memungkinkan anak muda untuk berbagi pengalaman, nilai, dan tradisi budaya mereka. Menurut Morissan, Ph.D. (2022), media sosial berperan sebagai penghubung antara individu dan budaya, sehingga mereka bisa terhubung dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang sama atau berbeda. Dengan menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, generasi muda dapat mengekspresikan diri dengan cara yang unik dan kreatif. Misalnya, banyak pengguna TikTok yang membuat video mengenai tradisi lokal, makanan khas, atau bahasa daerah. Ini tidak hanya memperkenalkan budaya mereka kepada audiens yang lebih luas, tetapi juga menguatkan rasa identitas mereka sendiri.

Data menunjukkan bahwa 70% pengguna media sosial di Indonesia adalah anak muda berusia antara 18 hingga 34 tahun (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2021). Ini menunjukkan bahwa media sosial menjadi tempat utama bagi generasi muda untuk berinteraksi dan membangun identitas budaya mereka. Dengan membagikan konten yang berkaitan dengan budaya mereka, generasi muda tidak hanya memperkuat identitas mereka, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya lokal di tengah arus globalisasi.

Dampak Media Sosial terhadap Perkembangan Identitas Budaya

Dampak media sosial terhadap perkembangan identitas budaya di kalangan anak muda sangat besar. Media sosial memungkinkan pertukaran ide dan informasi dengan cepat, sehingga anak muda bisa mengakses berbagai pandangan budaya dari seluruh dunia. Namun, ini juga bisa berujung pada homogenisasi budaya, di mana budaya lokal terancam oleh budaya global yang lebih mendominasi. Menurut sebuah penelitian dari Pew Research Center (2020), 54% remaja merasa bahwa media sosial telah mengubah cara pandang mereka terhadap budaya mereka sendiri.

Salah satu contoh nyata dari fenomena ini adalah popularitas tren "K-Pop" yang mendunia. Banyak anak muda di Indonesia yang terpengaruh oleh budaya pop Korea, dan ini terlihat dari cara mereka mengekspresikan diri melalui fashion, musik, dan bahasa. Meskipun ini menunjukkan penerimaan terhadap budaya asing, penting untuk dicatat bahwa anak muda juga berusaha menggabungkan elemen budaya lokal mereka ke dalam ekspresi budaya global ini. Ini menciptakan ruang di mana berbagai identitas budaya bisa bertemu dan saling mempengaruhi.

Influencer  (Sumber: Freepik)
Influencer  (Sumber: Freepik)

Penggunaan Media Digital untuk Mengekspresikan Diri

Generasi muda sekarang ini semakin bergantung pada media digital untuk mengekspresikan diri mereka. Mereka memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk membagikan pemikiran, perasaan, dan pengalaman yang mereka miliki. Berdasarkan survei dari We Are Social (2021), sekitar 60% pengguna media sosial di Indonesia memakai platform ini untuk mengekspresikan diri dan berbagi konten yang berhubungan dengan identitas mereka. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk membangun serta mengekspresikan identitas budaya.

Selain itu, fenomena "influencer" juga memegang peranan penting dalam pembentukan identitas budaya di kalangan generasi muda. Influencer sering kali menjadi panutan bagi follower-nya, dan mereka bisa memengaruhi cara pandang generasi muda terhadap budaya. Banyak influencer yang memanfaatkan platform mereka untuk mempromosikan budaya lokal, seperti kuliner, busana tradisional, dan seni. Contohnya, influencer Indonesia seperti Cinta Laura dan Gita Savitri sering mengangkat tema budaya lokal dalam konten mereka, sehingga follower mereka bisa lebih menghargai dan memahami budaya mereka sendiri.

Interaksi antara Generasi Muda, Media, dan Teknologi

Interaksi antara anak muda, media, dan teknologi telah menciptakan perubahan baru dalam cara mereka membentuk identitas budaya. Generasi muda kini tidak hanya berperan sebagai konsumen konten, tetapi juga sebagai pencipta konten. Mereka aktif membuat dan membagikan konten yang mencerminkan nilai-nilai serta identitas budaya yang mereka anut. Menurut laporan dari McKinsey (2021), sekitar 75% anak muda merasa bahwa mereka punya pengaruh yang lebih besar dalam menentukan tren budaya lewat media sosial.

Namun, interaksi ini juga membawa beberapa tantangan. Banyak anak muda yang merasakan tekanan untuk selalu tampil sempurna di media sosial, yang bisa menyebabkan krisis identitas. Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Youth Studies (2020) menunjukkan bahwa 40% remaja merasa cemas tentang penampilan mereka di media sosial. Ini menunjukkan bahwa meskipun media sosial bisa jadi alat untuk mengekspresikan identitas budaya, ia juga dapat menimbulkan tantangan bagi kesehatan mental dan identitas diri generasi muda.

Kesimpulan

Media sosial memainkan peran yang sangat krusial dalam pembentukan identitas budaya bagi generasi muda. Melalui berbagai platform yang ada, mereka bisa menjelajahi, membangun, dan mengekspresikan identitas budaya mereka dengan cara yang kreatif dan berbeda. Namun, ada juga dampak negatif dari media sosial terhadap identitas budaya, seperti homogenisasi budaya dan tekanan untuk terlihat sempurna. Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi muda untuk menggunakan media sosial dengan bijak, sambil tetap menghargai dan menjaga budaya lokal yang mereka miliki.

Di tengah globalisasi yang semakin pesat, generasi muda perlu menemukan keseimbangan antara pengaruh budaya global dan upaya pelestarian budaya lokal. Dengan begitu, media sosial bisa menjadi sarana yang efektif untuk memperkuat identitas budaya mereka, bukan malah mengikisnya. Kita sebagai masyarakat juga harus mendukung generasi muda dalam proses mereka untuk menemukan dan mengekspresikan identitas budaya mereka di dunia digital saat ini.

Referensi

1. Morissan, Ph.D. (2022). *Kajian Media dan Budaya*. Jakarta: Prenada Media.
2. Statista. (2021). Number of social media users worldwide from 2010 to 2021. Retrieved from [Statista](https://www.statista.com/statistics/278414/number-of-worldwide-social-network-users/)
3. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2021). *Laporan Internet Indonesia 2021*. Jakarta: APJII.
4. Pew Research Center. (2020). Teens, Social Media & Technology 2020. Retrieved from [Pew Research](https://www.pewresearch.org)
5. We Are Social. (2021). Digital 2021: Indonesia. Retrieved from [We Are Social](https://wearesocial.com)
6. McKinsey & Company. (2021). The State of Fashion 2021. Retrieved from [McKinsey](https://www.mckinsey.com)
7. Journal of Youth Studies. (2020). Social Media and Mental Health: A Review of the Literature. Retrieved from [Taylor & Francis](https://www.tandfonline.com)
8. Hermida, A. (2010). *Twittering the News: The Emergence of Ambient Journalism*. Journalism Practice.
9. Castells, M. (2011). *The Rise of the Network Society*. Oxford: Wiley-Blackwell.
10. Appadurai, A. (1996). *Modernity at Large: Cultural Dimensions of Globalization*. Minneapolis: University of Minnesota Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun