"Saya yang harus mohon maaf, Pak. Tapi kalau boleh tahu, apa yang salah selama ini. Atau mungkin ada yang salah kali ini."
"Ya. Tapi, jujurlah kali ini, Pak!"
"Saya tidak mengerti, Pak. Selama ini saya merasa telah menempatkan kejujuran sebagaimana harusnya. Tapi, kalau memang ada sesuatu yang harus saya ketahui, mohonlah Bapak memberi tahu saya!"
"Baik. Perhatikan ini baik-baik!" Ia menyodorkan setumpuk kertas tepat di depan hidungku. "Jika bukan karena Bapak yang menyetujui, apa mungkin kebocoran-kebocoran ini bisa terjadi?"
"Kebocoran?" Bulu kudukku merinding. "Tidak ada dokumen seperti ini, Pak. Saya tidak perlu memberi penjelasan. Ini abal-abal."
Aku mengerti betul bahwa anggaran, sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan harus disusun dengan baik dan menerapkan standar yang relevan. Hal ini akan memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan hasil yang baik. Dengan demikian, perusahaan menggunakan sumber daya yang dianggap paling menguntungkan. Terhadap kemungkinan penyimpangan yang terjadi dalam operasionalnya, memang perlu dilakukan evaluasi. Ya, evaluasi dapat menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.
Tapi, audit berkala secara internal telah dilakukan dan semuanya baik-baik saja. Apa mungkin ada yang mestinya kuketahui dan disembunyikan Pak Triman selama ini?
-4-
"Jadi begini, Pak. Selember dokumen ini akan menentukan nasib kita. Saya sebagai auditor dan Bapak sebagai pucuk pimpinan di sini."
"Baik, Pak. Kalau begitu, mari kita telusuri dengan sistematis. Pertama-tama, keasliannya. Berikutnya kontennya. Pada akhirnya kita akan bertemu dengan apa yang memang semestinya dilakukan. Untuk itu, saya sportif. "
"Ya. Bisakah saya dapatkan dokumen pembanding?"