Belum lama ini, dunia dikejutkan dengan kematian sang diktator Korea Selatan, Chun Doo Hwan. Beliau adalah Pelaku utama yang bertanggung jawab atas banyaknya korban tewas di Gwangju pada peristiwa Gerakan  Demokratisasi 18 Mei 1980.
Pergerakan Demokratisasi Gwangju (Gwangju Uprising) adalah sebuah peristiwa pergerakan demokrasi yang terjadi di Gwangju, Korea Selatan pada tahun 1980. Kejadian ini dilatarbelakangi oleh terbunuhnya Presiden Park Jeong Hee pada tahun 1979 dan kekosongan kekuasaan saat itu. Â Masyarakat Korea menginginkan pergantian presiden dilakukan secara demokratis. Namun kenyataannya, Jendral Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo mengkudeta kekuasaan dan memberlakukan keadaan darurat militer di seluruh Korea yang berujung meledaknya pemberontakan di beberapa daerah termasuk Gwangju.
Gwangju sendiri merupakan daerah yang paling vokal dan paling gencar dalam menyuarakan aspirasi pro-demokrasi. Bahkan peristiwa ini diadaptasi menjadi sebuah Drama berjudul "Youth Of May" dan Film "A Taxi Driver". Dalam film A Taxi Driver, dikisahkan seorang wartawan Jerman bernama Jurgen Hinzpeter yang meliput langsung peristiwa yang terjadi di Gwangju. Namun selain Hinzpeter, ada orang asing lain yang juga menjadi saksi kekejaman militer saat itu. Dia adalah David Dollinger, seorang anggota U.S Peace Corps yang tinggal di Gwangju selama peristiwa itu terjadi. David bertugas mendukung koresponden asing dengan menerjemahkan dan mengumpulkan berita.
Dilansir dari interview yang dilakukan MBC, David membeberkan fakta terkait penembakan yang dilakukan helikopter militer kepada warga sipil yang selama ini dibantah Chun Doo Hwan. David mengungkapkan bahwa ia melihat langsung aksi penembakan tersebut. Ia juga pergi ke rumah sakit terdekat dan menemukan salah satu korban dengan luka tembak yang terdapat di bagian atas pundak dan menembus hingga ke bagian pinggang yang sangat mustahil jika tembakan tersebut berasal dari darat.
David juga ikut membantu para jurnalis asing dalam menerjemahkan segala situasi yang terjadi di Gwangju dan memastikan bahwa yang disampaikan itu benar. Bahkan misteri juga terungkap, David ternyata merupakan orang yang menerjemahkan jumpa pers terakhir yang disampaikan pemimpin perlawanan sipil, Yoon Sang Woon. Ia bahkan masih mengingat pesan terakhir yang disampaikan Yoon Sang Woon kepada koresponden luar negeri.
"Dengar, aku rela menyerah pada hidup jika aku tahu itu bisa berdampak dan membuat korea mulai menjadi negara demokrasi"
David tersentuh dengan semangat juang para penggerak sipil Gwangju. Mereka rela mati demi apa yang mereka percayai. David bahkan menganggap Gwangju sebagai tempat kelahirannya karena bisa melihat dan  merasakan semangat juang warga Gwangju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H