Pada kasus ini, aktivitas penambangan pasir laut di wilayah Spermonde adalah slah satu contoh eksternalitas negatif. Hasil panen ikan yang diperoleh nelayan merosot jauh dari estimasi normal, dimana kondisi ekosistem laut Spermonde tercemar oleh keruhnya air laut akibat aktivitas penambangan pasir laut. Fenomena ini sangat merugikan nelayan Pulau Kodingareng. Terlebih lagi jika para nelayan tersebut tidak memiliki perahu pribadi dan harus menyewa dengan biaya yang tidak sedikit. Jarak tempuh menuju lokasi penangkapan ikan dan ganasnya ombak laut merupakan tantangan lain bagi para nelayan disamping mereka harus menerima fakta bahwa populasi tangkapan ikan mereka secara perlahan akan terus merosot.
Suara Para Nelayan
Beberapa data hasil wawancara kepada para nelayan di Pulau Kodingareng berhasil direkam oleh Nurdin Amir, seorang jurnalis MONGABAY. Seorang nelayan bernama Rustam mengaku ia kesulitan memperoleh hasil tangkapan. "Pukul 05:00 pagi berangkat. Saya hanya dapat 2 ekor ikan lanjawa dan ikan kerapu kecil, ini hanya untuk dimakan. Tidak sebanding dengan pengeluaran. Hanya jalan-jalan. Kata orang Makassar tenai tawa (tidak ada bagian)", tuturnya. Fenomena yang sama juga dialami oeh Hamzah, seorang nelayan Pulau Kodingareng yang rela melaut sejauh 12 mil (19,31 km) dari perairan Copang ke Langkai dengan harapan akan memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak. Namun, hasilnya nihil. Hamzah berkata, "Saya hanya dapat ikan cepa-cepa lima ekor. Sudah dijual 50 ribu di pengumpul. Itu ji didapat dan berdua memancing selama satu hari".
Berdasarkan data wawancara yang didapat oleh jurnalis MONGABAY, kelestarian ekosistam Perairan Copong Lompo, Copong Caddi, dan Perairan Bonemalonjo adalah kunci agar para nelayan Pulau Kodingareng memperoleh hasil tangkapan yang melimpah. Ketiga perairan tersebut merupakan habitat utama bagi ikan tenggiri. Jika ekosistem ketiga perairan tersebut terancam, maka akan berdampak pada hasil tangkapan nelayan. Sejak dilakukannya aktivitas penambangan pasir laut selama enam bulan terakhir, peluang mendapatkan ikan tenggiri dalam jumlah banyak menjadi sulit.
Para nelayan Pulau Kodingareng harus merebut keadilan yang telah dirampas oleh perusahaan asing. Menurunnya hasil tangkapan nelayan adalah bukti betapa brutalnya dampak yang ditimbulkan dari aktivitas tambang pasir di wilayah Spermonde. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, para nelayan yang menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan ikan dengan harapan memeroleh ikan dengan jumlah yang melimpah ruah, harus pupus harapan akibat intervensi perusahaan asing. Afdillah, Juru Kampanye Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia Kembali menyuarakan opini nya, "Kepulauan Spermonde merupakan bagian segitiga karung dunia yang kaya akan keanekaragaman hayati yang perlu dilindungi. Sangat disayangkan, kawasan ini semakin hancur sehingga berdampak langsung pada mata pencaharian masyarakat tradisional. Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah jangan bungkam dengan peringatan ini". Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H