Waktu menunjukkan 04:40 ketika saya berjalan menuju ke dalam gerbong Kereta Api Ranggajati yang menempuh rute Jember - Cirebon. Saya kembali memandang e-boarding pass untuk mengecek jenis gerbong dan nomor seat — eksekutif I/10D.
Namun ternyata, telah diisi oleh seorang wanita paruh baya. Memang seharusnya kita bertukar tempat duduk sesuai tiket. Namun demikian, saya tidak mempermasalahkan hal itu. Saya bisa mengisi waktu dengan membaca berita di detik, membaca buku, dan scroll Instagram. Tidak sepenuhnya melihat pemandangan luar kereta.
Lima menit setelah memposisikan tubuh untuk tidur sejenak, sontak ibu tersebut mengajukan pertanyaan, “Mas nya mau turun dimana (nama stasiun)?”. Saya seorang introvert garis keras sedang menerima pertanyaan dari orang asing secara tidak terduga. Akankah saya turun dari kereta hanya untuk menghindari percakapan dengan orang asing? Artinya saya telah membuang uang senilai 370.000 rupiah. Tiada cara lain selain menghadapi percakapan itu.
Dengarkan Apa yang Disampaikan
Langkah awal yang baik apabila Anda mendengarkan apa yang disampaikan orang lain. Jangan biarkan orang yang mengajak Anda berbicara, mengulang perkataannya. Ini penting agar orang lain melihat bahwa Anda juga menikmati percakapan tersebut. Tak perlu risau kehabisan topik pembicaraan apabila Anda mengikuti masukan saya.
Dengarkan, ambil poin penting, lalu buat pertanyaan lanjutan dari cerita tersebut. Membuat list pertanyaan mungkin trik yang bagus, namun kurang cocok apabila percakapan tersebut terjadi tanpa Anda sadari. Ajukan pertanyaan yang dikembangkan dari cerita lawan berbicara Anda — ia akan sangat menghargai Anda. Terlebih lagi lawan bicara Anda seorang yang lebih tua, banyak ilmu dan pengalaman hidup yang dapat digali dari setiap potongan cerita darinya.
Trik Menghentikan Pembicaraan
Jika Anda tidak menikmati percakapan tersebut, sebaiknya jangan mengatakan sejujurnya mengenai yang Anda rasakan — “Maaf, saya gugup, pemalu, dan tidak terbiasa berbicara dengan orang asing”. Tunggu hingga lawan bicara Anda selesai berbicara, lalu mengangguk kecil.
Tidak perlu memberi komentar. Ketika beberapa detik berlalu dan lawan bicara Anda tidak melanjutkan pembicaraan, Anda bisa mengeluarkan buku atau membuka handphone.
Memberi sinyal bahwa Anda tidak menikmati percakapan tersebut dan ingin mengakhirinya dengan cara yang halus. Itu lebih baik daripada mendengarkan musik melalui earphone/headset. Anda akan dianggap kurang menghargai lawan bicara.
Lain hal jika Anda seorang pemalu namun ingin mencoba untuk berbicara dengan orang lain. Barangkali Anda kerap memutar-mutar pena disaat gugup. Katakan yang sejujurnya, kalau Anda sedang gugup, namun ingin terus melanjutkan percakapan.
Seorang ibu yang saya temui di kereta bercerita tentang perjuangan anak pertamanya yang sedang bekerja di perusahaan Orang Tua Group. “Cerita yang menarik terutama bagi saya seorang mahasiswa baru. Maaf kalau saya suka memutar bolpen karena saya agak grogi. Tapi saya ingin mendengar cerita ibu lebih lanjut”. Dengan demikian, wanita itu akan memahami kondisi Anda saat ini. Biarkan ia tahu bahwa Anda gugup namun ingin menikmati percakapan tersebut.
Pertanyaan yang Baik
Anda dapat mengikuti tiga tips dibawah ini agar mampu menghasilkan pertanyaan yang mampu menghidupkan percakapan dengan orang asing.
Tanyakan Topik yang Mereka Kuasai
Seorang wanita yang duduk disamping kursi saya, mulai bercerita tentang pengalaman anak nya bekerja, suasana malam natal yang meriah di Surabaya, hingga ia bercerita tentang trik mendapatkan tiket kereta kelas eksekutif dengan harga yang terjangkau. Anda dapat menilai bahwa ketiga topik itulah yang akan membuat ia nyaman bercakap-cakap dengan Anda.
Tanyakan bagaimana suasana malam natal di Surabaya atau perbedaan kemeriahan malam natal di Surabaya dengan di Yogyakarta (Ada kemungkinan ia mengenal Yogyakarta karena anak pertama nya kuliah di Universitas Atmajaya). Pertanyaan tersebut akan sangat membuat dirinya semangat untuk bercerita. Buatlah ia menjadi dirinya sendiri — penganut agama Katolik. Anda telah membuatnya nyaman hidup ditengah lautan penganut agama Islam di Indonesia.
Buatlah Dia Berbicara Tentang Dirinya Sendiri
- Dari ketiga topik yang sering ia ceritakan, pilihlah topik yang paling sering ia ceritakan kepada Anda. Maka, itulah gambaran dirinya saat ini. Wanita itu lebih dominan menceritakan perjuangan dirinya menemani anak nya mulai dari mendaftar kerja hingga anaknya bekerja di beberapa kota di Jawa Timur. Buatlah serangkaian pertanyaan dari cerita tersebut. dengan senang hati, ia akan menjawab apa yang Anda tanyakan. Saya belajar hal ini dari seorang penyiar radio terkenal asal Brooklyn, Amerika Serikat, Larry King. Ia menulis dalam bukunya yang berjudul Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Dimana Saja. “Yang perlu diingat, setiap orang adalah ahli dalam satu hal. Paling tidak, setiap orang memiliki satu topik bahasan yang mereka suka membicarakannya.”
Hindari Pertanyaan Ya/Tidak
- Kira-kira itulah yang Anda peroleh jika bertanya kepada lawan bicara Anda dengan model pertanyaan seperti ini: “Apakah kereta ini (Ranggajati) nantinya melintasi Stasiun Kroya?”. Jika lawan bicara Anda cenderung lebih reaktif, mungkin ia akan menceritakan alasan nya. Jika tidak, maka jawaban ya/tidak yang Anda dapatkan dan percakapan terhenti. Anda harus mencari topik lain yang tentu saja tidak mudah untuk menemukan topik percakapan yang sesuai.
Tunjukkan Ketertarikan Anda
Lawan bicara Anda akan merasa nyaman dan tertarik untuk bercakap-cakap dengan Anda, jika mereka juga melihat bahwa Anda juga menikmati percakapan tersebut. Perhatikan baik-baik apa yang disampaikan dengan melakukan kontak mata. Ingat, lakukan dengan sewajarnya — sesaat memalingkan perhatian.
Gaya tubuh secara otomatis akan mengikuti arah perhatian Anda —mengangguk kecil atau menggeleng tanda kagum. Sekali lagi, lakukan pada momen yang tepat. Akan lebih baik lagi, apabila lawan bicara Anda bercerita mengenai topik yang mana Anda juga menguasai topik tersebut. Tanpa sadar, Anda sedang bercakap-cakap layaknya konversasionalis yang hebat.
Hal-Hal Tabu
Saya mengajukan pertanyaan, apakah ia pernah merayakan malam natal di Yogyakarta — ia memiliki seorang anak perempuan yang sedang kuliah di Universitas Atmajaya. “Ya, Saya pernah merayakan malam natal di Gereja Katolik Santo Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta.” pada momen ini, Anda telah memasuki topik yang sedikit mengarah pada keyakinan seseorang. Topik perayaan malam natal adalah batas wajar. Jangan membahas sesuatu yang lebih mendalam tentang agama yang dianutnya.
Tidak setiap orang senang dengan hal ini — saya sendiri juga pernah mengalami nya. Ditunjukkan dengan ekspresi yang kurang atraktif dalam bercakap-cakap. Buatlah sebuah forum khusus jika ingin bercakap-cakap mengenai topik yang mengandung unsur agama kita dan orang lain. Mendiskusikan hal tersebut, juga bukan perkara yang mudah. Lebih baik Anda berhati-hati melontarkan pertanyaan pada topik malam natal. Anda dapat membuatnya senang, namun jika salah langkah akan berakibat fatal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H