Mohon tunggu...
Ilham Pasawa
Ilham Pasawa Mohon Tunggu... Novelis - ~Pecandu Kopi~

Manusia yang ingin memanusiakan dan dimanusiakan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Alam untuk Bangsa, Mampukah Sekolah Alam Menjadi Wajah Baru Pendidikan Indonesia?

1 September 2024   16:43 Diperbarui: 1 September 2024   16:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika membayangkan masa depan pendidikan Indonesia, terutama dalam konteks menuju Indonesia Emas 2045, kita dihadapkan pada pertanyaan kritis: Bagaimana seharusnya pendidikan bertransformasi untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks? Dalam upaya membentuk sistem pendidikan yang inklusif dan relevan, pendekatan yang beragam menjadi kunci. Pendidikan tidak lagi dapat dibatasi pada proses menghafal dan menumpuk informasi; sebaliknya, harus menjadi arena yang membebaskan potensi setiap anak dan mengembangkan keterampilan hidup mereka secara holistik.

Pionir dalam perubahan paradigma pendidikan ini adalah Sekolah Alam Indonesia Ciganjur dan School of Universe Parung, yang dapat dianggap sebagai embrio dari munculnya banyak sekolah alam di tanah air. Sekolah-sekolah ini telah memperkenalkan konsep pendidikan yang lebih holistik dan terintegrasi dengan alam. Pada tahun 2011, tercatat ada sekitar 57 sekolah alam di Indonesia, namun angka ini melonjak menjadi lebih dari 300 sekolah pada tahun 2024, tersebar di seluruh pelosok negeri dan terhimpun dalam Jaringan Sekolah Alam Nusantara (JSAN). Lonjakan ini menunjukkan meningkatnya minat masyarakat terhadap model pendidikan yang lebih terbuka dan beragam.

Model sekolah alam di Indonesia ini sangat dipengaruhi oleh gagasan Lendo Novo, yang merupakan pelopor konsep pendidikan berbasis alam di Indonesia. Terinspirasi oleh Paulo Freire, yang dikenal dengan teori pendidikan kritisnya, Lendo Novo melihat bahwa pendidikan seharusnya membebaskan, tidak hanya dalam hal pemikiran tetapi juga dalam konteks fisik dan emosional. Pendidikan, menurutnya, adalah sebuah perjalanan yang harus menyenangkan dan penuh makna, di mana anak-anak belajar melalui pengalaman nyata dan langsung berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Dari observasi yang dilakukan penulis di beberapa sekolah alam seperti Sekolah Alam Tahfidzpreneur, Sekolah Alam Indonesia Meruyung, School of Universe Parung, Sekolah Alam Depok, dan Sekolah Alam Bogor, terlihat bahwa pendidikan berbasis alam ini menawarkan beberapa keunggulan unik yang tidak selalu ditemukan dalam sistem pendidikan konvensional. Sekolah Alam Tahfidzpreneur, misalnya, menggabungkan pendidikan berbasis alam dengan pendidikan Islam, fokus pada hafalan Al-Qur'an, serta kewirausahaan. Dengan metode Belajar Bersama Alam (BBA) dan Project-Based Learning (PJBL), sekolah ini berhasil menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, di mana siswa tidak hanya belajar hafalan, tetapi juga mengembangkan keterampilan hidup dan jiwa kewirausahaan.

Model pembelajaran di Sekolah Alam Tahfidzpreneur menarik karena mengintegrasikan berbagai pendekatan, termasuk metode Montessori yang diakui secara global. Metode ini diterapkan di tingkat TK, di mana anak-anak tidak hanya belajar melalui pengalaman langsung, tetapi juga melalui praktik ibadah harian yang berlandaskan pada Al-Qur'an, Hadis, dan Ijma Ulama. Anak-anak diajak untuk menghafal Al-Qur'an di bawah bimbingan guru tahfidz bersertifikat, sembari belajar keterampilan hidup seperti berkuda, berenang, dan berkemah. Ini adalah contoh bagaimana pendidikan dapat dirancang untuk mengembangkan setiap aspek diri anak, baik spiritual, kognitif, emosional, maupun fisik.

Sekolah-sekolah lain seperti Sekolah Alam Indonesia Meruyung dan School of Universe Parung juga menerapkan pendekatan pendidikan berbasis proyek dan pengalaman langsung di alam terbuka. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan cara yang lebih interaktif, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan. Di Sekolah Alam Depok dan Sekolah Alam Bogor, misalnya, siswa diajak untuk memahami konsep-konsep sains melalui kegiatan praktis seperti berkebun dan mengamati ekosistem secara langsung. Ini sejalan dengan teori multiple intelligences dari Howard Gardner, yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kecerdasan yang dapat dikembangkan.

Namun, meskipun banyak keunggulan yang ditawarkan oleh model pendidikan ini, sekolah-sekolah alam juga menghadapi sejumlah tantangan. Pengakuan legalitas yang masih kurang jelas, keterbatasan fasilitas, serta biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan sekolah konvensional, menjadi beberapa hambatan utama. Selain itu, masih ada persepsi bahwa sekolah alam tidak memenuhi standar akademik formal yang seringkali menjadi kendala bagi orang tua dan siswa yang mempertimbangkan jenis pendidikan ini. Meskipun demikian, dengan adanya dukungan dari Jaringan Sekolah Alam Nusantara (JSAN) dan semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap pendidikan alternatif, tantangan ini perlahan-lahan dapat diatasi.

Dalam konteks visi Indonesia Emas 2045, pertanyaannya adalah apakah kita siap untuk menerima pendekatan yang lebih beragam dan inklusif dalam sistem pendidikan kita? Sekolah-sekolah alam di seluruh Indonesia telah membuktikan bahwa pendidikan yang menyenangkan, berbasis pengalaman, dan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterlibatan siswa, sekaligus mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia modern. Jika pendidikan konvensional terus fokus pada pembelajaran yang seragam dan berbasis informasi semata, kita mungkin akan kehilangan kesempatan untuk membentuk generasi yang benar-benar siap menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Dengan demikian, ini saatnya bagi kita untuk berpikir ulang tentang bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Kita perlu mempertimbangkan bagaimana pendidikan dapat dibuat lebih relevan, inklusif, dan inspiratif, sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan zaman, tetapi juga membebaskan dan mengembangkan potensi penuh setiap individu. Mari kita bersama-sama membangun lingkungan belajar yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menyejukkan, sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang berpusat pada siswa dan berorientasi pada masa depan.

Mampukah sekolah alam menjadi wajah baru pendidikan Indonesia? Jawaban dari pertanyaan ini tergantung pada kemampuan kita untuk membuka diri terhadap inovasi dan keberagaman dalam pendidikan, serta keberanian kita untuk meninggalkan pendekatan lama yang mungkin tidak lagi relevan dengan kebutuhan masa kini dan mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun