Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu peristiwa yang penting bagi diplomasi Indonesia. pasalnya, dengan diselenggarakan Konferensi Asia Afrika ini. Indonesia menjadi driving force bagi negara negara di wilayah Asia Afrika yang mempunyai cita cita untuk memerdekakan semua negara di kawasan tersebut.
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mengadakan Konferensi Asia Afrika.
Gagasan mengenai konferensi Asia Afrika di sampaikan oleh PM Ali Sastroamidjojo pada sidang ke-6 tanggal 30 April 1954 dengan PM Sri Lanka, PM India, PM Pakistan dan PM Burma. Gagasan tersebut awalnya tidak terlalu menimbulkan kesan yang baik. Pasalnya pada saat itu ekonomi Indonesia masih belum stabil dan para delegasi berpikir bagaimana bisa Indonesia dapat menyelanggarakan konferensi yang besar itu.Â
Pada delegasi negara lain juga khawatir akan adanya kesulitan dalam mempersatukan pemikiran diantara negara negara Asia Afrika. Untuk itu, PM Ali Sastroamidjojo mengajak PM India pada saat itu, Jawaharlal Nehru untuk berdiskusi mengenai konferensi tersebut karena negara India pada saat itu memiliki pengaruh yang besar terhadap negara negara di wilayah Asia.Â
PM Ali mengungkapkan di depan parlemen India bahwa ketegangan mengenai perang dingin akan semakin memburuk apabila tidak ada tindakan khusus dari negara negara di sekitar Asia Afrika. Pembentukan Pakta Militer melalui konferensi manila juga dinilai kurang bisa menjamin keamanan di wilayah asia. Negara negara Afrika juga diniail mempunyai kesamaan nasib dengan negara negara di kawasan Asia pada saat itu.
Setelah persetujuan dari perdana menteri PM India. Indonesia dan selanjutnya mengadakan pertemuan dengan India untuk membahas mengenai konferensi tersebut. Pembicaraan kedua negara tersebut adalah untuk membahas tujuan konferensi, siapa yang menjadi sponsor, kapan dan berapa lama diadakan konferensi, tingkat delegasi, agenda, dan terakhir siapa saja negara-negara yang akan diundang. Setelah berdiskusi mengenai hal tersebut, muncullah beberapa agenda yang akan dibahas di konferensi Asia Afrika antara lain:
- Mengusahakan godwill dan kerjasama antara bangsabangsa Asia dan Afrika, menyelidiki dan mengusahakan baik kepentingan timbal balik maupun kepentingan bersama mereka serta mengadakan dan membina hubungan bersahabat antara mereka sebagai tetangga yang baik.
- Membicarakan soal-soal sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
- Membicarakan soal kepentingan-kepentingan khusus bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang mempengaruhi kedaulatan nasional mereka, serta soal-soal kolonialisme dan radikalisme.
- Meninjau kedudukan Asia dan Afrika dan rakyat-rakyat mereka di dunia pada waktu itu serta sumbangan apakah yang dapat mereka berikan untuk memajukan perdamaian dan kerjasama dunia.
Demi memperlancar jalannya konferensi, Indonesia langsung menyiapkan fasilitas fasilitas umum yang dirasa kurang layak dan langsung memperbaikinya. Indonesia juga menyiapkan keamanan sehingga tidak ada gangguan pada saat terselenggaranya konferensi tersebut. Konferensi ditentukan waktunya pada bulan April tahun 1955 dan berlangsung selama 10 hari. Â Setelah semua persiapan siap, dimulailah KAA pada tanggal 18 April 1955.
Indonesia Di dalam Konferensi Asia Afrika
Presiden Soekarno memberikan pidato yang sangat menggebu gebu pada saat pembukaan konferensi Asia Afrika. Pidato beliau bahkan sampai membuat terkagum kagum semua peserta yang ada di gedung tersebut. Salah satu wartawan prancis menyebutkan bahwa suara soekarno sanga hangat dengan daya tarik yang luar biasa. Rapat panitia berjalan pada hari ketiga dimana pembahasan mengenai ekonomi dan kebudayaan masih lancar lancar saja.Â
Menginjak pembicaraan mengenai politik, rapat menjadi lebih panas karena ada bahasan mengenai Israel dan juga singgungan mengenai Irian Barat. Selain itu ada singgungan dari Sir John yang merupakan PM Sri Lanka yang menjelaskan neo-kolonialisme baru yang dilakukan oleh negara negara blok timur. Seketika sidang menjadi hening dan PM Chou En Lai merasa tersinggung atas pernyataan yang diberkan oleh Sir John.Â
PM Chou En Lai menanyakan langsung kepada Sir John apakah hal tersebut digunakan untuk memecah belah dan membatalkan konferensi. Menurut Sir John PM Tiongkok tidak perlu marah karena beliau tidak meninggung secara langsung mengenai komunisme Tiongkok. Keesokan harinya, pembahasan mengenai hal tersebut dilanjutkan dan melalui pidato dari Chou En Lai, membuat suasana sidang menjadi mereda. Pembahasan dilanjut mengenai pakta militer SEATO.Â