Mohon tunggu...
ilham oktafian
ilham oktafian Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Hobi: membaca & menulis

Selanjutnya

Tutup

Book

Keluarga Gerilya: Sebuah Kronik dalam Tiga Hari Tiga Malam

2 November 2024   03:37 Diperbarui: 2 November 2024   04:10 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, perlahan Amilah tertarik dengan tawaran itu. Ia pun menyampaikannya ke Salamah dan Patimah.

Dalam bab pertengahan, diceritakan Saaman berada di dalam penjara. Ia berhadapan dengan perwira KNIL yang hendak menghukumnya. Menurut saya, inilah bagian terbaik di novel ini. Dialog antara kedua orang ini terasa intens dan heroik.

Puncaknya saat Saaman mengucapkan: "Tuan tidak pernah tahu, bagaimana satu keluarga hancur karena mempertahankan tanah airnya. Hancur! Hancur seperti serumpun bambu habis dimakan api."

Di saat bersamaan, keluarga Amilah mendapat kabar Saaman bakal segera dieksekusi. Kekasih Salamah, Darsono dengan berbagai cara mencoba membebaskan Saaman. Namun Belanda tak mau mengampuni Saaman.

Keluarga Amilah makin diburu waktu. Ia yang kalut oleh keadaan mempertimbangkan tawaran Sersan Kasdan untuk membawa Salamah ke tangsi.

Di akhir cerita, hari eksekusi Saaman tiba. Tak hanya digantung, Saaman juga ditembak. Yang membuat tragis, rumah yang ditinggali Amilah dibakar, Amilah pun tak sempat melihat langsung wajah anaknya menjelang eksekusi.

Tak hanya itu, Salamah juga dijebak oleh Sersan Kasdan. Alih-alih membawa pulang Saaman, Salamah malah diperkosa. Amilah yang mendengar kabar itu lalu mati mendadak. Mereka pun menangisi Saaman dan Amilah.

Catatan kecil

Mengacu pada Metode Ganzheit, boleh jadi novel ini dibuat Pramoedya saat ia mulai membenci ayahnya. Dialog antara Saaman dan Kopral Paijan memperlihatkan hal tersebut. Selain kering dan serebral, kedua orang ini juga seolah-olah tak akur dengan prinsip yang mereka pilih.

Tak mengejutkan apabila Kopral Paijan ditembak mati oleh anaknya sendiri Saaman, mayatnya dibuang ke Kali Ciliwung.

Sebaliknya, Pramoedya yang begitu menyayangi ibunya menciptakan tokoh srikandi yang kuat dan tabah. Sosok Amilah, Salamah adalah bentuk paling sempurna dari sikap kejujuran dan keberanian yang dikonversi menjadi energi untuk menghadapi sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun