Pramoedya ist ein Begriff -- Pramoedya bukan sekadar nama, tetapi sebuah pengertian, bahkan sebuah konsepsi. Kata-kata itu diucapkan oleh Prof. Irene Hilgers Hesse, penulis sekaligus Ketua Jurusan Melayu Universitas Koeln.
Apalbila kita telaah, 'Pramoedya ist ein Begriff' tidaklah hiperbolis. Hingga kini, kita masih berdebat apakah sejarah yang membentuk manusia atau sebaliknya. Apakah kita memilih menjadi pengikut militan Hegel dan Marx atau Karl Popper.
Namun, Pramoedya memandang sejarah sebagai gelombang yang menggulung siapa saja. Tokoh dalam karya Pramoedya ada yang membentuk sejarah dan ada yang dibentuk oleh sejarah. Seperti dalam novel Keluarga Gerilya ini, Pramoedya menciptakan sosok Saaman sebagai manusia yang turun naik dalam gelombang sejarah itu.
Sinopsis
Secara umum novel ini bercerita tentang jalan hidup yang dipilih Saaman. Tokoh utama yang menjadi gerilyawan pro republik saat Indonesia dilanda agresi militer Belanda II sekitar tahun 1949.
Dalam bab awal, diceritakan kabar hilangnya Saaman paska ditangkap Belanda. Saaman merupakan anak laki-laki tertua di Keluarga Amilah. Dia tak hanya paling dewasa, namun ia menjadi pahlawan di keluarga itu karena menjadi tulang punggung ibunya: Amilah dan enam adiknya: Canimin, Kartiman, Salamah, Patimah, Salami dan Hasan.
Bagaimana bisa Saaman menjadi tulang punggung keluarga sekaligus menjadi gerilyawan? Pramoedya membuat Saaman menjadi tukang becak. Profesi ini dipakai Saaman untuk memata-matai pergerakan Belanda.
Saaman begitu dicintai Amilah. Alasannya: Saaman merupakan hasil cinta platonis antara Amilah dengan tentara KNIL bernama Benni. Dari percintaan yang gagal inilah, Amilah terpaksa kawin dengan Kopral Paijan.
Saat Saaman belum memberi kabar, tiba-tiba ada tamu yang mendatangi rumah Amilah. Tamu itu memperkenalkan diri sebagai Sersan Kasdan, dia mengaku sebagai teman satu tangsi Kopral Paijan.
Sersan Kasdan ini bercerita bahwa Saaman ditahan dan hendak dihukum gantung. Sersan Kasdan menawarkan bantuan bahwa Saaman bisa bebas apabila adik perempuannya Salamah dan Patimah datang ke tangsi untuk mengambil Saaman. Tawaran ini dianggap tak masuk akal oleh Amilah. Ia sampai mengusir Sersan Kasdan.