“MENYOROTI KRITIK TERHADAP SISTEM EKONOMI KAPITALISME”
Sistem ekonomi kapitalis telah mendominasi sebagian besar dunia selama beberapa abad terakhir. Meskipun telah membawa kemajuan ekonomi dan teknologi yang signifikan, tetapi juga menimbulkan banyak kontroversi dan kritik. Beberapa kelompok dan individu mengkritik sistem ekonomi kapitalis karena berbagai alasan, termasuk ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, dampak lingkungan yang merusak, dan kesulitan dalam mencapai keadilan sosial. Kritik-kritik ini menjadi suara yang semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir, ketika dampak negatif dari kapitalisme semakin terlihat di berbagai aspek kehidupan.
Dalam konteks pembahasan sistem ekonomi, terdapat dua pendekatan yang sering dibandingkan: sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi syariah. Sistem ekonomi kapitalis berdasarkan prinsip-prinsip pasar bebas, kepemilikan pribadi, dan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh keuntungan finansial. Di sisi lain, sistem ekonomi syariah berdasarkan prinsip-prinsip Islam, termasuk keadilan sosial, keseimbangan, dan larangan riba serta praktik ekonomi yang dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang ditandai oleh dominasi kapital atau modal. Sistem ini pertama kali muncul dan berkembang di Inggris pada abad ke-18, kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Amerika Utara sebagai hasil dari perlawanan terhadap ajaran gereja, dan akhirnya mencakup semua bidang, termasuk ekonomi. Pandangan dunia kapitalisme sangat dipengaruhi oleh gerakan Pencerahan yang terjadi selama kurang lebih dua abad, mulai dari awal abad ke-17 hingga awal abad ke-19. Abad Pencerahan sering dianggap sebagai "abad rasio" yang menolak atau bertentangan dengan keyakinan Kristen karena adanya korupsi dan pemerintahan otoriter.
Ciri utama kapitalisme adalah absennya perencanaan ekonomi sentral. Harga pasar digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dan perhitungan produksi, umumnya tanpa campur tangan pemerintah dalam kondisi persaingan. Semua ini adalah hasil dari kekuatan pasar. Dengan tidak adanya perencanaan terpusat, pemilik modal memiliki kebebasan dan kekuasaan yang mutlak untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan, kapitalisme memberikan peluang yang luas bagi konglomerat dengan dukungan finansial yang besar untuk mengarahkan sumber daya nasional untuk memproduksi dan mengimpor barang-barang mewah yang bukan merupakan kebutuhan dasar masyarakat.
Bagi kapitalisme, solusi yang terbaik untuk mengatasi kemiskinan dalam masyarakat adalah dengan meningkatkan produksi. Dalam upaya mengatasi kemiskinan suatu negara, kapitalisme berupaya meningkatkan produksi di dalam negeri dan memberikan kebebasan kepada penduduk untuk mendapatkan sebanyak mungkin hasil produksi. Dalam sistem kapitalis, setiap individu dalam masyarakat diberikan kebebasan untuk memiliki dan berusaha secara bebas, sehingga mereka dapat memperoleh kekayaan sesuai dengan faktor produksi yang mereka miliki. Melalui pendekatan ini, kapitalisme mengasumsikan bahwa dalam sistemnya terdapat distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata dan adil.
Hingga saat ini, sistem ekonomi konvensional telah mendapatkan pengakuan intelektual yang sangat luas. Tidak dapat disangkal bahwa kapitalisme telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi peradaban manusia. Kemajuan dalam fasilitas kehidupan, perkembangan teknologi, variasi produk, dan infrastruktur menjadi bukti bahwa kapitalisme telah memainkan peran yang penting dalam sejarah peradaban manusia. Bahkan, pembangunan ekonomi di negara-negara yang menganut kapitalisme, terutama di Eropa Barat dan Amerika, dianggap sebagai bukti nyata kemakmuran masyarakatnya.
Meskipun Kapitalisme telah memberikan kemajuan ekonomi yang signifikan bagi manusia, di balik itu semua terdapat kebingungan dan bahkan kontradiksi. Selama abad ke-20, terdapat data yang jelas menunjukkan bahwa sistem Kapitalisme menyebabkan goncangan ekonomi dan dampak negatif tertentu. Terlebih lagi, kesejahteraan yang dijanjikan oleh konsep ini tidak selalu dapat diimplementasikan di negara-negara berkembang, sehingga ketimpangan ekonomi global tetap tampak hingga saat ini. Situasi ini semakin memburuk ketika negara-negara kapitalis tersebut menggunakan kekuatan ekonomi untuk mempengaruhi kehidupan internasional dalam berbagai aspek seperti politik dan budaya. Kapitalisme saat ini telah menjadi imperialisme bagi negara-negara berkembang.
Hal tersebut terbukti dengan adanya perangkap utang di sebagian besar negara berkembang, penyebaran kemiskinan yang semakin meluas di negara-negara dunia ketiga, serta krisis-krisis ekonomi yang terutama terjadi di sektor keuangan dan telah mempengaruhi perekonomian global. Kondisi perekonomian yang memburuk ini merupakan dampak dari sistem Kapitalisme yang semata-mata berfokus pada akumulasi modal dan mengabaikan faktor-faktor penting dalam kehidupan, termasuk nilai-nilai moral dan aspek kehati-hatian yang diperlukan dalam ilmu ekonomi. Transaksi derivatif yang menjadi pemicu krisis adalah bukti konkret bahwa mencari keuntungan melalui spekulasi semata dapat berakibat merugikan bagi pelakunya. Hal ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi tersebut gagal dalam mencapai kesejahteraan ekonomi bagi umat manusia.
Sistem kapitalis, yang mengakui kepemilikan individu dan didasarkan pada pemikiran positivisme dalam kelompok ini, telah melepaskan diri dari kerangka nilai atau norma-norma. Hal ini menghasilkan ketidakadilan dalam distribusi pendapatan dan menciptakan rasa cemburu sosial. Perilaku ekonomi yang tidak mempertimbangkan moral akhirnya menghasilkan tindakan monopoli, penimbunan, dan pungutan bunga. Kepentingan rakyat selalu menjadi korban, sehingga terjadi ketidakseimbangan dan ketidakadilan dalam pendistribusian pendapatan dan kekayaan. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakadilan dalam distribusi pendapatan. Prinsip distribusi yang diterapkan pada akhirnya menghasilkan realitas bahwa pemilik modal dan konglomerat yang sebenarnya menjadi penguasa.