Mohon tunggu...
Ilham Muhamad Ramdhan
Ilham Muhamad Ramdhan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

بسم الله الرحمن الرحيم

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen: Mengubah Kepribadian Tidaklah Mudah

13 November 2020   06:58 Diperbarui: 13 November 2020   07:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Ilham Muhamad Ramdhan, aku biasa dipanggil Ilham, aku anak ke 2 dari 3 bersaudara. Aku lahir di Bandung. Umurku sekarang 17 tahun. Sekarang aku duduk di bangku kelas 12 SMA di sekolah SMAN 1 Padalarang. Kata orang masa SMA itu adalah masa-masa yang indah bagi seorang remaja, di mana mereka mencari jati diri, mengalami masa percintaan remaja, ataupun melakukan kenakalan. Menurutku itu ada benarnya, meski tidak semua. Dan sekarang aku berada di masa akhir SMA tapi di sini saya akan flashback dulu ke masa SMP supaya ada gambaran bagaimana kepribadian saya waktu masih SMP.

Sewaktu masih duduk di bangku SMP, bisa dikatakan aku ini anak yang pendiam dan sangat pemalu. Ketika ingin berbicara kepada orang lain aku harus menunggu mereka dulu untuk bertanya, aku tidak berani memulai obrolan dengan orang lain, kecuali dengan teman-teman terdekatku atau yang sering kita sebut dengan sahabat. Padahal aku ini termasuk orang yang aktif di ekstrakurikuler di sekolah, tepatnya ekskul paskibra. Di sana saya tidak hanya diajarkan untuk baris-berbaris tetapi diajarkan untuk bertanggung jawab dan bersikap tegas.

Di masa SMP aku termasuk anak yang berprestasi di bidang non-akademik dimana saya sering sekali mengikuti lomba-lomba paskibra dari tingkat provinsi hingga nasional dan selalu mendapatkan juara 1, 2 maupun 3, tidak pernah tidak sama sekali mendapat piala, sampai-sampai piagam dan mendali yang saya dapatkan numpuk di rumah. Tetapi itu semua tidak terlalu berharga bagiku karena aku sadar juara-juara yang aku dapatkan itu bukanlah hasil diriku sendiri tetapi hasil bekerja sama bersama teman-temanku.

Sebenarnya keinginanku adalah mendapatkan juara lomba yang mengandalkan kemampuan diri sendiri bukan kelompok. Tapi aku sangat  mensyukuri apa yang telah saya dapatkan. Perjuangan kami untuk bisa meraih juara tidak semudah yang kamu kira, karena setiap kita mau melaksanakan lomba hampir setiap harinya kita terus berlatih baris-berbaris dari pulang sekolah tepatnya jam 1 siang hingga sore hari bahkan hingga magrib dan itu sangat melelahkan, tetapi usaha tidak akan menghianati hasil dan itu semua benar adanya.

Tetapi efek samping dari terlalu aktif di bidang non-akademik, menjadikan nilai saya turun yang sebelumnya selalu masuk 10 besar dan sekarang saya tidak masuk 10 besar di kelas 8 dan itu membuat saya merasa ditampar oleh kenyataan yang di saat itu saya pun berfikir untuk meningkatkan nilai akademik.

Ketika memasuki kelas 9 tepatnya di semester genap, dimana di kelas 9 ini tugas-tugas mulai menghujani para murid kala itu baik tugas tulis, praktik, maupun tugas kelompok, yang hampir seluruh mata pelajaran ada tugasnya masing-masing. Dan di waktu kelas 9 ini saya lebih giat lagi belajar karena saya menyiapkan diri untuk memasuki sekolah negeri yang saya inginkan. 

Waktu pun berlalu tak terasa waktu untuk ujian nasional pun tiba. Tidak lupa sebelum saya berangkat sekolah untuk melaksanakan ujian nasional saya meminta izin orang tua terlebih dahulu dan meminta mereka berdua mendoakan saya supaya mendapatkan nilai yang memuaskan. "Mah, Pa, Doain aku semoga nilainya bisa cukup untuk masuk ke sekolah negeri." Kataku. "Tanpa kamu minta pun mamah sama bapak tidak akan pernah lupa untuk mendoakan kamu." Kata ibuku. Saya pun Salim kepada kedua orang tua saya dan saya pun pergi untuk berangkat ke sekolah untuk melaksanakan ujian nasional.

Dan hari pengumuman pun tiba, saya merasa gelisah karena takut nilai NEM saya tidak cukup untuk memasuki sekolah negeri, tetapi setelah saya mendengar perkataan dari wali kelas saya, ternyata saya mendapat nilai yang cukup besar, yaitu 30,85 dan masuk ranking pararel 10 besar NEM terbesar di sekolah, seketika saya pun merasa kaget, bangga, terharu bercampur aduk. Itu semua tidak luput dari doa kedua orang tua dan usaha saya selama ini. Dan itu sudah cukup memberikan kesan yang bagus di penutup masa SMP.

Ketika masuk SMA aku memiliki tekad untuk merubah sifat pemalu dan pendiam ku menjadi seseorang yang lebih aktif, yang bisa memulai obrolan dengan orang lain ataupun menjadi lebih aktif di kelas.

Ketika pertama kali masuk SMA, kita diharuskan untuk mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS). Dimasa kegiatan ini kita semua diharuskan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh pengurus OSIS.

Ketika ada acara demo ekskul saya tertarik kepada ekskul paskibra yang ada di SMAN 1 Padalarang ini dan sebenarnya saya juga sudah tahu bawa paskibra di SMAN 1 Padalarang ini merupakan cabang dari paskibra yang ada di SMP saya, dan saya pun tertarik untuk melanjutkan prestasi non-akademik saya di SMA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun