Bandung [15/10/2024] -- Kebijakan pembayaran parkir melalui QRIS yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Bandung menghadirkan tantangan baru bagi banyak tukang parkir, termasuk Pak Rusman yang bekerja di Jalan Citarum. Sebagai pekerja yang telah bertahun-tahun mengandalkan sistem pembayaran manual, perubahan ini menimbulkan kesulitan baginya.
Pak Rusman, yang terbiasa mengelola pembayaran tunai dari para pengendara, merasa tertekan dengan kehadiran sistem berbasis digital ini. QRIS mengharuskan penggunaan kode QR yang dipindai dengan ponsel pintar untuk menyelesaikan pembayaran. Bagi para pekerja seperti Pak Rusman, yang tidak familiar dengan teknologi tersebut, kebijakan ini menghadirkan tantangan yang signifikan.
Meskipun pemerintah berupaya memberikan pelatihan bagi para tukang parkir agar mereka bisa beradaptasi, proses belajar teknologi ini tidak mudah, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut.
Selain itu, ia juga mengkhawatirkan kelangsungan pekerjaannya. Sistem digital seperti QRIS memang dirancang untuk mempercepat dan mempermudah transaksi, tetapi hal ini membuat banyak tukang parkir seperti Pak Rusman khawatir mereka akan terpinggirkan jika tidak bisa mengikuti perkembangan tersebut.
Para pengguna jasa parkir di Jalan Citarum turut merasa simpati terhadap situasi yang dialami oleh Pak Rusman. Sebagai sosok yang dikenal ramah dan selalu membantu, Pak Rusman telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari warga sekitar. Namun, dengan perubahan sistem yang semakin cepat, masyarakat khawatir bahwa pekerja seperti Pak Rusman akan kesulitan mempertahankan pekerjaannya.
Pemerintah Kota Bandung berharap kebijakan ini bisa meningkatkan transparansi dan efektivitas sistem parkir, serta mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meski demikian, keberhasilan implementasi kebijakan ini juga bergantung pada bagaimana para pekerja parkir, khususnya mereka yang sudah berusia lanjut, dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Tantangan bagi tukang parkir seperti Pak Rusman menyoroti perlunya dukungan yang lebih intensif agar mereka tidak tertinggal oleh perkembangan teknologi. Bimbingan dan pelatihan yang lebih menyeluruh diharapkan bisa menjadi solusi bagi para pekerja informal dalam menghadapi era digitalisasi yang semakin berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H