Mohon tunggu...
Ilham Maulidin
Ilham Maulidin Mohon Tunggu... Insinyur - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor tahun 2015

4th-year Bachelor's student at the department of Agro-industrial Technology, IPB University. Currently, as a research exchange student in TUAT, Japan in the division of Biotechnology and Life Science and have research field interest in agro-industrial technology, smart packaging, label indicator for food analysis, biosensor development and its application for food and agriculture improvement.  Aspired to be future excellent researcher and lecturer and embodies a hardworking and eager-to-learn personality and be impactful person through the development of my own agro-industrial factory in the future.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Urgensi dan Strategi Pemenuhan Pangan dan Gizi di Daerah 3T

2 Mei 2019   09:47 Diperbarui: 2 Mei 2019   11:43 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu pangan dan gizi merupakan isu global yang sangat strategis dan selalu menarik perhatian publik di berbagai negara baik negara maju maupun berkembang, termasuk di Indonesia. Adanya fenomena peningkatan jumlah penduduk yang signifikan di Indonesia baik di daerah perkotaan, di pedesaan bahkan di daerah 3T (Terpencil, Terluar, dan Terdepan) berimplikasi terhadap tingkat pemenuhan akan pangan dan gizi bagi setiap orang di indonesia semakin meningkat.

Adanya keterbatasan akses terhadap kebutuhan pangan sehari-hari juga mengakibatkan tingkat permasalahan gizi di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya seperti maraknya masalah gizi kurang, kurus, gemuk dan masalah stunting tidak hanya di perkotaan namun juga kondisinya lebih parah terjadi di wilayah pedesaan bahkan wilayah 3T.

https://news.detik.com
https://news.detik.com
Permasalahan terkait kelangkaan pangan tentu tidak selalu identik dengan adanya keterbatasan dari segi sumber daya alamnya saja, namun hal ini juga terkait dengan faktor eksternal lain yang turut mempengaruhi kondisi ketersediaan pangan menjadi semakin sulit diperoleh bagi setiap masayarakat Indonesia seperti adanya fenomena perubahan iklim, adanya keterbatasan terhadap adaptasi teknologi pangan dan teknologi informasi di daerah.

Aksesibilitas masyarakat dan sistem logistik akan pangan yang masih sangat terbatas, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap teknologi pangan masih tergolong rendah, dominasi petani, peternak, dan nelayan dari golongan tua masih lebih tinggi dibanding generasi muda, tingkat sarana dan prasarana yang tidak merata dan kurang memadai di berbagai daerah, serta belum adanya integrasi yang positif antara tingkat modernisasi pertanian dan teknologi pangan dengan potensi kearifan lokal.

Sebagai contoh, di daerah Samba (perbatasan Indonesia-Malaysia), Pulau Jawa, Merauke, Papua dan wilayah Timur lainnya yang memiliki potensi sumber daya alam khususnya komoditas pangan sangat melimpah dan potensi kearifan lokal.

Namun, adanya keterbatasan modernisasi teknologi pangan seperti tingkat teknologi diversifikasi pangan yang masih rendah menyebabkan pangan cepat busuk dan tidak memiliki nilai tambah, teknologi penyimpanan dan penggudangan yang kurang memadai dan efektif sehingga menyebabkan komoditas pertanian cepat rusak, juga adanya permasalahan pada sistem transportasi dan distribusi yang kurang efisien mengakibatkan kelangkaan akan sumber pangan masih menjadi permasalahan yang serius.

https://www.jpnn.com
https://www.jpnn.com

Hal ini diperparah dengan kondisi tingkat pembangunan infrastruktur daerah, jaringan informasi dan komunikasi, juga introduksi teknologi di berbagai daerah yang sangat terbatas, tidak merata dan kurang memadai sehingga menyebabkan berbagai aktivitas distribusi, akses informasi pasar, dan efesiensi pengolahan dan pengiriman produk ataupun komoditas menjadi suatu permasalahan yang masih sering ditemui.

 Isu akan teknologi pangan dan pemenuhan gizi di Indonesia memang masih menjadi suatu fenomena problematika yang strategis di wilayah-wilayah perbatasan (3T).

Hal ini mencerminkan bahwa tingkat sumber daya alam yang melimpah, pun tetap tidak akan menjadi solusi yang efektif dalam memerangi kekurangan pangan dan gizi bahkan di perkotaan sekalipun tanpa dibarengi dengan adanya gebrakan strategi pembaharuan pengelolaan pangan baik dari segi peningkatkan kualitas teknologi pangan, perbaikan infrastruktur yang masif, introduksi teknologi yang efektif, serta adaptasi dan modernisasi teknologi yang besimbiosis dengan adanya potensi lokal.

Oleh karena itu, sebagai salahsatu upaya dalam memerangi isu pangan dan gizi ini, tentu kolaborasi dan sinergi berbagai stakeholders di Indonesia seperti upaya yang masif dari kaum intelektual (akademisi dan peneliti) dalam memberikan penyuluhan, pendampingan masyarakat, dan kontribusi dalam bidang penelitian, masayarakat, praktisi, terutama regulasi, legacy dan policy dari pemerintah (pusat dan pemerintah daerah) dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang supportif untuk mencapai kedaulatan pangan menjadi kunci dalam upaya perbaikan akan permasalahan pemenuhan pangan dan gizi di daerah bisa teratasi dengan baik dan efektif.

Beberapa strategi adaptasi dan solusi yang dapat menjadi rekomendasi perbaikan bagi pemerintah baik di pusat maupun daerah khususnya dalam upaya memerangi kekurangan pangan dan gizi di daerah 3T sebagai upaya dalam mewujudkan Pertanian Indonesia Maju dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ilustrasi diversifikasi pangan (https://slideplayer.info/slide/1983797)
Ilustrasi diversifikasi pangan (https://slideplayer.info/slide/1983797)

1. Sumberdaya alam yang melimpah di suatu daerah adalah suatu potensi yang luar biasa untuk dioptimalkan.

Guna memastikan adanya pemerataan ketersediaan pangan di masing-masing wilayah bahkan menciptakan lumbung pangan yang efektif di suatu daerah, maka upaya perbaikan dari aspek teknologi Penyimpanan, Processing, dan Pendistribusian perlu untuk dilakukan sebagai langkah awal dalam memberikan peluang adaptasi teknologi diversifikasi produk di suatu wilayah berbasiskan kearifan lokal bisa tercapai.

Tentu, dengan upaya-upaya straegis yang sistematis mulai dari assesment potensi dan problem wilayah, perencanaan kebijakan, sampai dengan metode introduksi adaptasi teknologi yang sederhana serta dengan menggerakan para pemangku kepentingan sampai tingkat kepala desa untuk bersama saling bahu-membahu dalam mewujudkan program daulat pangan di daerah.

2. Mendorong Multi-stakeholder dalam pemenuhan gizi. Pemerintah sebagai core stakeholder, baik pemerintah pusat turun ke pemerintah daerah untuk mendukung program ketahanan pangan (salah satunya dana desa yang disalah satu regulasinya dapat mendukung aktivitas masyarakat seperti mendukung pembelian benih, penyimpanan, dll) patut untuk dioptimalkan.

Tentu saja dengan kembali mengevaluasi dan meninjau kembali pemberian alokasi pendanaan untuk sektor pertanian yang masih cukup terbatas sehingga diharapkan mampu mendorong akselerasi pengelolaan pangan untuk pemenuhan gizi di daerah semakin meningkat.

3. Program CSR perusahaan dapat digunakan untuk membangun sistem pertanian dan pemberdayaan petani sehingga mampu menjadi daya tarik dan motivasi untuk semakin meningkatkan kreativitas dan menjalin kolaborasi yang baik antara pihak swasta dan petani.

4. LSM/NGO juga dapat membantu pemerintah untuk membantu pendampingan dalam pembangunan teknologi pertanian, pemasaran, budidaya pertanian, dan sejenisnya.

5. Sistem perhutanan sosial bisa mengakses sumber pangan untuk masyarakat di sekitar hutan sosial tersebut.

6. Teknologi Informasi untuk menghubungkan desa-desa tersebut dan menyampaikan potensinya, sistem marketing bisa lebih maju. Saling bertukar akses dan informasi untuk pemenuhan kebutuhan logistik, pemasaran, dll.

7. Simbiosis mutualisme antara modernisasi teknologi pangan dengan potensi kearifan lokal perlu untuk dilakukan untuk semakin meningkatkan proses efesiensi dan optimasi pengelolaan produk pangan. Secara bertahap, upaya-upaya tersebut perlu untuk menjadi kajian bersama dalam rangka mencari solusi terbaik atas setiap isu strategis yang saat ini dihadapi terkait pangan dan pemenuhan gizi di daerah.

Kolaborasi dan sinergi berbagai stakeholders dalam memerangi Isu pangan dan gizi adalah kunci dari keberhasilan rencana program yang akan dijalankan dalam memperoleh kedaulatan pangan bagi bangsa Indonesia.

Diselesaikan di Tokyo, 02 Mei 2019

Ilham Maulidin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun