Dua sahabat lama tinggal bersama di sebuah desa yang tenang di pinggir hutan. Mereka adalah Arya dan Bima, dan persahabatan kecil mereka berubah menjadi permusuhan yang mengerikan karena salah paham. Keduanya membenci satu sama lain dan tidak mau berbicara lagi.
Mereka pernah bersaing untuk sepetak tanah di ujung desa. Arya bersikeras bahwa tanah itu warisan keluarganya. Sebaliknya, Bima dengan tegas mengatakan bahwa tanah itu milik keluarganya sejak nenek moyangnya. Perselisihan itu semakin parah hingga akhirnya seluruh desa terlibat.
Kebencian mereka semakin meningkat setiap hari. Bima melihat Arya sebagai duri dalam hidupnya, dan dia merasa setiap langkah Bima adalah ancaman. Desa yang dulunya tenang sekarang menjadi tempat yang penuh konflik.
Suara gemuruh dari hutan mengejutkan desa suatu malam ketika bulan purnama memancarkan cahayanya. Seekor harimau kelaparan tiba-tiba turun dari gunung dan mengancam penduduk desa. Semua orang ketakutan dan bersembunyi di rumah mereka karena suara auman harimau.
Di jalan kecil di pinggir desa, Arya dan Bima bertemu tanpa diduga. Mereka siap melindungi diri dari harimau dengan senjata. Mata mereka bertemu, menunjukkan kebencian yang jelas, tetapi juga ketakutan yang sama.
"Arya, ini bukan saatnya untuk bertengkar," kata Bima dengan suara tegas.
Meskipun dia menatap Bima dengan tajam, Arya tahu Bima benar. "Kita harus melindungi desa," katanya singkat.
Kemudian mereka berjalan bersama menuju hutan, meninggalkan ketidaksepakatan mereka untuk sementara. Mereka mencari jejak harimau di bawah cahaya bulan. Meskipun keringat dan ketegangan mengalir, mereka tetap tenang.
Mereka akhirnya menemukan harimau itu setelah berjam-jam mencari. Meskipun kelaparan, harimau tampak lemah. Mereka mendekati harimau dengan hati-hati. Arya dan Bima bekerja sama tanpa banyak bicara, seolah mereka kembali menjadi sahabat yang saling memahami.
Mereka berhasil mengusir harimau itu kembali ke hutan dengan keberanian dan kerja sama yang tak terduga. Harimau itu akhirnya lari ketakutan, dan desa kembali aman.
Arya dan Bima duduk di bawah pohon besar, lega dan lelah. Sejenak mereka terdiam, melirik bintang-bintang yang bersinar di langit malam.
Arya dengan cepat berkata, "Bima, mungkin kita terlalu keras kepala. Kita sudah melupakan arti persahabatan kita."
"Kebencian kita hanya membawa kerugian. Mungkin sudah waktunya kita berdamai," kata Bima pelan.
Malam itu, Arya dan Bima memutuskan untuk mengakhiri permusuhan mereka di bawah pengawasan bintang-bintang. Mereka berjabat tangan dan berjanji untuk mempertahankan desa satu sama lain.
Di bawah bintang, permusuhan yang bertahun-tahun menorehkan luka akhirnya luruh, meninggalkan persahabatan yang erat kembali. Desa kemudian menjadi damai, dan Arya dan Bima kembali menjadi sahabat yang setia, siap menghadapi segala kesulitan bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI