Mohon tunggu...
Ilham Mardiansyah
Ilham Mardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Brawijaya

Write - Learn - Do

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Prospek Cukai MBDK: Alternatif Rahasia Perangi "Si Manis" Demi Kesehatan Masyarakat yang Berkualitas

26 Juni 2024   12:10 Diperbarui: 26 Juni 2024   13:19 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MBDK, atau biasa kita kenal sebagai Minuman Berpemanis Dalam Kemasan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern. 

Kawula muda, orang tua, hingga anak-anak mengkonsumsinya dalam berbagai merek dan varian yang mudah ditemukan di pasaran sehingga minuman manis ini menjadi sebuah minuman yang sering kali menjadi pilihan utama untuk menghilangkan dahaga. 

Namun, di balik rasa manis yang menyegarkan ini, terdapat ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Konsumsi gula yang berlebihan, terutama dari minuman manis, telah terbukti secara signifikan berkontribusi pada peningkatan kasus obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.

Di banyak negara, termasuk Indonesia, telah terjadi lonjakan prevalensi penderita diabetes melitus dari tahun ke tahun. Data visualisasi dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2023 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 0,8% dari tahun 2018, di mana prevalensi diabetes melitus naik dari 10,9% menjadi 11,7% pada tahun 2023. Peningkatan prevalensi penyakit tersebut tidak hanya mengancam kualitas hidup individu, tetapi juga memberikan beban ekonomi yang berat bagi sistem kesehatan nasional. Biaya pengobatan yang terus meningkat dan produktivitas yang menurun akibat penyakit-penyakit terkait gula menjadi tantangan serius yang harus segera diatasi.

Sumber : Google/pajakku.com 
Sumber : Google/pajakku.com 

Pemerintah dan lembaga kesehatan telah berupaya mencari solusi efektif untuk menanggulangi krisis kesehatan ini. Salah satu langkah strategis yang semakin mendapatkan perhatian adalah penerapan cukai pada minuman berpemanis. Kebijakan ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi konsumsi gula di masyarakat, tetapi juga untuk mengumpulkan dana yang dapat digunakan untuk program kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. 

Untuk Indonesia sendiri, sebenarnya cukai minuman manis sudah masuk ke rancangan APBN 2024, dan target cukainya pun telah tertuang dalam APBN 2024 yaitu sebesar Rp 6,22 triliun. Namun, skema jelas terkait penerapan ini belum final sehingga menimbulkan kepanikan bagi berbagai pihak, khususnya YLKI.

YLKI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen) bahkan menghimbau kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk tidak lagi menunda penerapan cukai minuman berpemanis dalam kemasan, mengingat betapa pentingnya langkah ini untuk kesehatan masyarakat. YLKI menekankan bahwa penerapan cukai tidak hanya akan mengurangi konsumsi gula tetapi juga mendanai program-program kesehatan yang sangat dibutuhkan.

Manfaat Cukai MBDK bagi Kesehatan Masyarakat

Penerapan cukai MBDK dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan masyarakat. Dengan harga yang lebih tinggi, konsumsi minuman manis diharapkan menurun, yang pada gilirannya akan mengurangi risiko penyakit terkait gula seperti obesitas dan diabetes melitus. Selain itu, dana yang terkumpul dari cukai dapat dialokasikan untuk program-program kesehatan dan pendidikan, seperti kampanye kesadaran kesehatan dan yang lainnya.

Tantangan dalam Implementasi Cukai MBDK

Namun, penerapan cukai ini tidak tanpa tantangan. Penolakan dari industri minuman dan kekhawatiran dari masyarakat mengenai kenaikan harga adalah hambatan utama. Industri minuman mungkin menentang kebijakan ini karena khawatir akan penurunan penjualan, sementara masyarakat mungkin merasa terbebani dengan harga yang lebih tinggi.

Solusi dan Rekomendasi

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu melakukan edukasi dan kampanye publik yang efektif tentang pentingnya mengurangi konsumsi gula dan manfaat jangka panjang dari kebijakan cukai ini. Selain itu, dialog dengan industri minuman untuk menemukan win-win solution, seperti inovasi produk dengan kadar gula rendah, juga penting. Kerjasama antara berbagai lembaga pemerintah untuk pengawasan dan penegakan hukum juga harus ditingkatkan. 

Melalui penerapan cukai MBDK, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Kebijakan ini tidak hanya akan membantu mengurangi konsumsi gula dan risiko penyakit terkait, tetapi juga menyediakan dana yang sangat dibutuhkan untuk program kesehatan dan pendidikan. Dengan dukungan dan partisipasi semua pihak, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkualitas untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun