Jumlah bencana alam yang dipicu perubahan iklim meningkat 400 kali lipat semenjak tahun 1980.
- Mencairnya Es di Kutub Utara
Luas lautan es di Arktik yang tersisa hanya 1,96 juta mil persegi jauh dibawah luas lautan es di Antartika sebesar 7,5 juta mil persegi.
- Kepunahan Mahluk Hidup
Kenaikan suhu sebesar 0,9 derajat celcius telah menempatkan sekitar 2,8 persen spesies dalam resiko kepunahan menurut hasil studi Departemen Ekologi dan Biologi Evolusioner, Unversitay of Connecticut.
Ada perbedaan antara perubahan iklim yang terjadi di zaman prasejarah dahulu dan sekarang ini yaitu pada zaman prasejarah sekitar jutaan tahun yang lalu perubahan iklim terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan perubahan roman muka bumi sehigga berdampak pada perubahan iklim. Sedangkan perubahan iklim saat ini terjadi justru karena meningkatnya emisi gas karbon dan penggunaan energi fosil yang brlebihan. Oleh karena itu, penyebab utama timbulnya perubahan iklim ialah pemanasan global akibat peningkatan emisi gas karbon dioksida, peningkatan kadar gas rumah kaca, peningkatan polusi, berkurangnya daerah hutan, dan menipisnya lapisan ozon. Maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi bencana besar yang berbahaya untuk kehidupan manusia akibat perubahan iklim.
Hal yang terlupakan selain terdapat pemanasan global (global warming) ada pula global cooling yaitu kebalikan dari global warming dimana bumi mengalami proses pendinginan. Global cooling terjadi akibat suhu matahari yang menurun dan letusan gunung berapi yang dahsyat sehingga menyebabkan lapisan atmosfer dipenuhi debu dan sinar matahari terhalang masuk permukaan bumi. Fluktuasi perubahan iklim selama beberapa ratus tahun terakhir menunjukan siklus iklim setiap 30 tahunan terjadi pemanasan dan pendinginan global. Jadi skenario perubahan iklim yang terjadi dapat berupa pendinginan global lalu dilanjutkan pemanasan global atau sebaliknya.
[caption caption="Logo COP-21 di Paris, Perancis"]
Kesadaran untuk menghadapi perubahan iklim juga sudah mulai disadari sejak tahun 1979 melalui The First Wolrd Climate Change Conference yang mengidentifikasi perubahan iklim sebagai permasalahan global yang sangat mendesak. Tahun 1988 diadakan Toronto Conference on the Changing Atmosphere, tahun 1995 pertama kali COP-1 diadakan di Berlin membahas “Berlin Mandate”. Lalu, tahun 1997 diadakan COP-3 diadakan di Jepang yang mengadopsi Protokol Kyoto yang membuat kesepakatan bahwa negara-negara industri setuju mengurangi emisi gas rumah kaca secara kolektif. Di tahun 2015 akan diadakan COP-21 di Paris, Perancis yang akan membahas isu iklim terbaru dan mengganti kesepakatan yang dibuat dalam Protokol Kyoto. Isu-isu yang dibahas dalam COP-21 ialah Emisi Net Nol, sinergi mitigasi-adaptasi, REDD+, prinsip-prinsip sektor lahan, pendanaan, pertanian, pasar & offset karbon dan lainnya.
Jadi, perubahan iklim sejatinya memang sudah terjadi saat ini akan tetapi untuk mengetahui kapan terjadinya bencana besar dari perubahan iklim tidak dapat ditentukan apakah dapat terjadi dalam kurun waktu yang cepat maupun lambat. Satu hal yang pasti adalah bagaimana seluruh manusia di berbagai belahan bumi dapat menyadari bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan melakukan antisipasi untuk memperlambat terjadinya perubahan iklim. Beberapa aksi nyata yang dapat dilakukan oleh kita ialah:
- Menumbuhkan kesadaran dan sense of belonging terhadap bumi tercinta utuk menjalankan hidup dengan prinsip green life.
- Menghemat penggunaan energi, konservsi energi, dan beralih ke renewable energy.
- Melakukan pelestarian alam
- Menjalankan program 4R (Reuse, Reduce, Recycle, & Recovery)
- Melakukan kampanye lingkungan dan perubahan iklim untuk mengajak masyarakat melakukan perubahan.
Hasil yang diharapkan ialah umat manusia dapat hidup nyaman berdampingan dengan alam dan berhasil memperlambat terjadinya perubahan iklim. Jadi perubahan iklim bukanlah suatu musibah melainkan tantangan bagi kita semua untuk menjalankan hidup secara sederhana, bersahaja, dan peduli terhadap lingkungan. Say good bye to Climate Change!