Hal serupa juga ditepis oleh Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti, dirinya membantah bahwa masalah anggaran di BPJS Kesehatan berdampak pada pemberian gaji bagi tenaga medis. Pihaknya sudah mengatur efisiensi anggaran melalui kendali mutu kendali biaya (KMKB). Alhasil, pihak RS bisa menyisihkan dana untuk gaji ataupun remunerasi pegawai.
Pernyataan Prabowo tentang tunggakan gaji pegawai di RSCM tentu tak berdasar, karena Rumah Sakit pemerintah telah memiliki rancangan anggaran, alokasi per bulan telah mengatur. RSCM tidak pernah gagal bayar ke pegawai.
Benar adanya jika pencairan dana dari BPJS Kesehatan mengalami keterlambatan hingga 2 bulan. Namun, hal tersebut tidak berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada pasien. Hal ini dikarenakan RSCM menerapkan sistem subsidi silang berkat pengelolaan unit layanan non-BPJS Kesehatan yang memberikan profit. Misalnya, pendapatan dari ruang paviliun kencana.
BPJS Kesehatan merupakan satu bagian yang mengalami kemacetan dalam hal pencairan dana. Tetapi setiap manajemen dapat mencari alternatif lain untuk menjaga stabilitas keuangan Rumah Sakit, tidak hanya berpaku pada BPJS Kesehatan, seperti Jasindo dan Jamkesda.
Dalam hal ini pidato Prabowo bisa menjadi bumerang bagi elektabilitasnya di pilpres 2019, banyak masyarakat yang tersinggung dengan beberapa pidato beliau, mulai dari pernyataannya tentang tampang Boyolali sampai pada penggunaan selang cuci ginjal.
Hal yang cukup aneh juga terjadi, ketika Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo tidak mengetahui sumber informasi atas pidato yang disampaikan oleh Capres yang digadangnya.
Pidato Prabowo yang menyebutkan bahwa selang hemodialisis dipakai berulangkali, tentu memberikan kesan bahwa Prabowo tidak turun langsung ke lapangan dan berbincang langsung dengan pihak RSCM. Pernyataan seperti ini tentu dapat menjadikannya kontraproduktif bagi dirinya sendiri secara elektoral.
Akan lebih bijak jika Prabowo memberikan solusi atau mengkampanyekan visi misinya daripada hanya memberikan kritik kepada pemerintah yang ujung -- ujungnya hanya memunculkan sikap pesimistis terhadap bangsa Indonesia.
Sudah terlampau sering Prabowo menyampaikan informasi yang terbantahkan oleh berbagai elemen masyarakat, isi pidato tentang buruknya pelayanan hemodialisis tentu dapat menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Dampaknya kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit turun karena keresahan yang dibangun oleh pidatonya.
Jika terbukti bahwa apa yang disampaikan oleh Prabowo dalam pidatonya tidak benar, maka hal ini tentu menjadi titik lemah dalam langkahnya menjelang debat kandidat pilpres 2019.
Menjelang pesta demokrasi, masyarakat harus aktif dalam mengkritisi berbagai asumsi yang dilontarkan oleh tokoh politik, dalam hal ini masyarakat sudah sepatutnya untuk mempercayai 1 sumber berita saja, melainkan juga mencari berita dari media arus utama.
Langkah bijak yang semestinya dilakukan oleh tokoh politik di Indonesia adalah menggenjot semangat kerja dan sikap toleransi, bukan hanya dengan menyalahkan atau mengkritik pemerintah hanya karena berita yang masih kata katanya. Bagaimanapun juga masyarakat membutuhkan rasa nyaman dalam menjalani aktifitas dan menerima pelayanan dari pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H