Pak Sapardi, ini bulan Januari, bukan Juni. Hujan tidak lagi tabah, maka telah ditunjukkan olehnya pada kita sebuah amarah. Tidakkah kita melihat rumah-rumah? Luapannya bukanlah hal yang lumrah, atau mungkin Januari membawa tuah? Entahlah ...
Bukankah tidak ada lagi yang dirahasiakannya? Rintik rindu kini berganti pilu. Atau sudah lama kau memendam itu?
Pak Sapardi, tahukah engkau, rahasia yang kau titipkan kepada pohon berbunga itu ... Hilang, ditebang oleh angan-angan serakah para Bahingan
Pak Sapardi ini bulan Januari, bukan Juni. Masihkah ia akan tetap bijak? Jika kita harus menderita karena polah manusia-manusia congkak
Mungkin ada benarnya, dengan dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu bertahun-tahun yang lalu, kini hujan datang dengan menggebu-gebu
Pak Sapardi ini bulan Januari, bukan Juni. Bahkan jika ia tetap arif, masalahnya akar pohon bunga telah sirna, lalu siapakah kini yang akan menyerap luka dan nestapa kita?
Pak Sapardi, 1989, dan kini, terima kasih telah mendidik kami untuk terus mengamati, ketika terlalu banyak dari hati manusia yang telah lama mati ...
//
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H