Tak terasa, tiga tahun berlalu. Embun pun melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Saat itu Embun di terima di dua tempat, yaitu sebuah perguruan tinggi Negeri di kota Palembang dan di sekolah kedinasan bidang kesehatan. Embun memilih yang kedua.
Ternyata di kampus ini muridnya lebih banyak perempuan. Di kelas Embun ada tiga puluh tujuh  mahasiswi dan  sisanya yang tiga lagi mahasiswa.  Kondisi seperti ini malah membuat Embun merasa nyaman kuliah di sana.
Sifat Embun masih seperti dulu. Â Tidak hanya dengan laki-laki, bahkan ke semua orang yang belum di kenal Embun bersikap cuek. Â Saat itu Embun sama sekali tidak merasa kalau dirinya menjadi omongan teman-teman karena sifatnya yang terkesan sombong itu.
Sampai suatu ketika, di saat Praktek Kerja Lapangan (dulu  disebut KKN) Embun harus tinggal satu rumah bersama sepuluh orang teman kuliah selama satu bulan. Di situlah Embun banyak sekali belajar dari teman-teman yang memiliki bermacam-macam sifat. Ada yang sabar, ada yg keibuan, ada yang egois, ada yang kekanakan, ada yang manja, ada yang cuek, ada yang rajin, ada yang malas mandi, ada yang suka nyanyi, dan ada yang berjiwa pemimpin. Paket komplit.
Tapi ada sikap yang sangat Embun sukai, yaitu kekompakan dan  kebersamaan. Belanja, memasak, dan makan di lakukan bersama-sama, membuat Embun dan teman-teman menjadi saling mengenal dan menjadi sangat dekat satu sama lain. Kalau ada permasalahan, mereka diskusikan bersama.
Sejak saat itu lah sikap Embun mulai berubah. Embun menjadi lebih peduli dan peka terhadap teman-temannya.
 Seorang teman Embun yang bernama Yura, awalnya tidak menyukai  Embun karena dinilai sombong. Tapi sekarang  mereka berdua malah lengket kaya perangko. Yura tidak menyangka ternyata Embun itu baik hati dan enak diajak ngomong. Ternyata benar apa kata pepatah "Tak Kenal maka Ta'aruf eh tak sayang."
Karena teman-teman banyak yang menyukai dan menyayangi Embun, maka sejak saat itu Embun menjadi pribadi yang menyenangkan, penuh percaya diri, dan tidak malu untuk tampil di depan masyarakat desa untuk memberikan penyuluhan kesehatan.
Bisa di katakan bahwa saat itu adalah titik balik bagi Embun, menjadi pribadi yang memiliki rasa empati. Â Sesuai dengan namanya Embun adalah titik-titik air . Embun juga berarti menyejukkan, memiliki tutur kata yang sopan, selalu dapat berpikir dengan kepala dingin dan tidak emosian.
 Sejak saat itu pula Embun sudah memaafkan sikap Guntur yang saat SD suka membullynya. Sudah tidak ada dendam dan sakit hati, semua sudah hilang dan terbang, seperti debu yang tertiup angin.
***tamat
#akibatsukadibully