Mohon tunggu...
Ilham Gunawan
Ilham Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Student

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Hippie: Revolusi Sosial Kontra-Budaya berdasarkan Cinta dan Kebebasan

13 Desember 2022   10:08 Diperbarui: 13 Desember 2022   10:22 2535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aliran seni psychedelic digunakan sebagai bentuk perlawanan melawan propaganda pemerintah akibat perang yang tak kunjung usai di Amerika Serikat. Ciri-ciri seni psychedelic dalam sebuah desain grafis adalah memiliki warna-warna yang nyentrik. Sedangkan dalam dunia musik, Psychedelic identik dengan instrumen yang eksostis, seringkali memiliki struktur lagu yang lebih disjungtif, perubahan tanda kunci dan tanda birama , melodi modal dan dengung daripada musik pop kontemporer. Liriknya pun lebih surealis , aneh, esoterik, atau terinspirasi sastra sering digunakan. Festival musik Woodstock di Middlefield, Connecticut, Amerika Serikat, pada 1969, itu adalah puncak perayaan budaya kaum hippie.

Gaya hidup kaum Hippie

Kaum Hippie adalah sekelompok orang-orang putih kelas menengah yang berusia sekitar 20 tahun dan merasa terasing dari kelompoknya pada saat itu, Hippies mengembangkan gaya hidup khas mereka sendiri, di mana mereka membangun rasa marginalitas. Mereka bereksperimen dengan pengaturan hidup komunal atau kooperatif, dan mereka sering mengadopsi vegetarian berdasarkan makanan yang tidak diolah dan mempraktikkan pengobatan holistik. Hippies juga dikenal karena gaya mereka yang unik, menyukai rambut panjang dan pakaian kasual, seringkali tidak konvensional, terkadang dengan warna "psikedelik". Mereka seringkali menggunakan pakaian yang memiliki warna-warna yang nyentrik, menggunakan ikat kepala, dan kacamata.

Budaya Hippie di Indonesia

Meskipun belum ada sosial media seperti sekarang, tren ini bisa dikatakan sangat masif pada saat itu dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Bandung adalah salah satu kota yang paling cepat menyerap budaya ini. Memang, Bandung bisa dapat julukan Paris van Java, Kota ini sangat identik dengan lifestyle, musik, sepak bola, dan seni lainnya. Bandung seringkali menjadi kiblat beberapa budaya yang mulai tren di Indonesia. Musisi Bandung banyak menginspirasi musisi di luar Bandung dalam membuat karya, soal gaya hidup, di Bandung sudah banyak distro atau toko pakaian sejak tahun 90an, dan di dunia sepak bola, Persib Bandung bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Bandung itu sendiri, tapi juga masyarakat Jawa barat dan Indonesia.

Namun, Budaya hippie yang masuk pada saat itu, tak sepenuhnya seperti gerakan yang populer di Amerika. Bisa dikatakan, hal negatifnya yang banyak masuk ke Indonesia pada saat itu seperti narkoba dan juga seks bebas yang mereka anggap gaya hidup kaum hippie. 

Dilansir dari Historia.id melalui artikel yang ditulis oleh Fandi Hutari. Dalam buku otobiografinya, Living in Harmony, Fariz RM menyebut The Prophecy yang anggotanya campuran multibangsa sebagai grup musik hippies asal Bandung. Grup musik ini hanya berdiri selama setahun, 1973-1974. Sementara Japi Tambajong menyebut Flower Power sebagai propagandis hippies pada awal 1970-an. Semangat Flower Power bahkan sempat membuat resah orang-orang tua. "Bandung di kalangan anak muda waktu itu tidak lagi disebut Parijs van Java, tapi San Fransisco of Java," ujar Japi.

Budaya hippie agaknya tidak cocok dengan budaya Indonesia. Sebut saja, Marijuana, di mana di Amerika sana marijuana menjadi sebuah simbol dan bebas digunakan oleh kaum hippie, namun, di Indonesia dilarang karena termasuk narkoba/obat-obatan yang berbahaya. Kegiatan seks bebas yang dilakukan kaum hippie juga tak bisa dilakukan di sini yang mayortas masyarakatnya beragama muslim. Namun, gerakan-gerakan positif seperti kebebasan dalam gaya berpakaian dan seni bisa menjadi hal positif yang diambil oleh anak muda di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun