Wanita idaman yang tak kunjung kembali
Lewat sebuah senja
yang ditemani oleh rintikan hujan lembut
awal dimana pandangan pertama
ku melihat wanita cantik dan anggun
Alun-alun Cianjur lah yang menjadi saksi biksu
Dimana tempat awal
kita saling bertatapan dan berkenalan
Kulihat Pelangi dikala rintikan hujan telah terhenti
Kutatap senyum manismu
yang menbuat diriku serasa melayang terbang
Puisi ini kubuat khusus
bidadari yang tanpa disengaja bertemu
dan memberikan sebuah kebahagiaan serta kepingan kenangan
Kesederhanaan, senyummu
dan ke anggunan parasmu yang membuat diriku
tak bisa melupakanmu
Dirimu ibaratkan sebuah Pelangi
yang hadir setelah rintikan hujan
yang mampu menerangi setelah kegelapan
dan memancarkan sebuah keindahan
Namun keesokan hari
Diriku tak menemukan mu kembali di tempat dan waktu yang sama
Diriku terus berusaha untuk mencarimu
meskipun harus menerjang hujan yang lebat
semua itu kulalui demi bertemu dengan bidadariku
Wahai bidadari ku
Kemanakah dirimu pergi dan menghilang
Suara dan senyum manismu membuatku candu
Diriku masih duduk terdiam
dengan sebuah kenangan yang masih membekas
dan masih mengharapkan dirimu Kembali
Bagiku kau bagaikan
sebuah kota Cianjur,kota yang indah
dan penuh dengan kenangan
Penulis:
Ilham Galih Pratama (mahasiswa Fakultas Ekonomi
Meilan Arsanti,S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H