Mohon tunggu...
Ilham Fauzan Danabrata
Ilham Fauzan Danabrata Mohon Tunggu... Mahasiswa - heker

AUTO-pilot

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z Dalam Memilih Pemimpin

18 Desember 2023   00:50 Diperbarui: 18 Desember 2023   01:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Sebagai Generasi Z menghadapi pemilu untuk pertama kali merupakan hal yang sangat exited untuk ditunggu. Hal ini dikarenakan ini merupakan event yang hadir lima tahun sekelai. Pada Senin 12 Desember 2023 KPU melaksanakan debat perdana bagi para Capres yang akan maju sebaga Presiden periode mendatang. Capres dan Cawapres yang terpilih terbagi menjadi 3 calon, calon pertama yaitu Anie berpasangan dengan Muhaimin , lalu ada calon ke dua Prabowo berpasangan dengan Gibran, dan ketiga Ganjar berpasangan dengan Mahfud MD.

            Acara dimulai dengan menyampaikan visi dan misi dari masing-masing capres dan dilanjutkan dengan menjawab permasalahan yang telah ditentukan, jawaban yang diberikan oleh para Capres tersebutlah yang menentukan jalan selanjutnya bagaimana, apakahyang disampaikan  capres akan disukai oleh masyarakat atau banyak kontranya dengan masyarakat. Dimana Generasi Z merupakan penyumbang suara terbanyak di periode saat ini.

            Generasi Z dengan pemikiran kritisnya pastinya ingin memilih pemimpim yang dapat membangun Indonesia kearah yang baik untuk kedepannya, yang dimana Generasi Z inilah yang akan meneruskan perjuangan para pemimpin sekarang. Apalagi didukungnya dengan teknologi yang saat ini sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan membuat para Generasi Z berhati-hati dan memilah dalam memilih pemimpin untuk kedepannya.

            Calon presiden yang memiliki komitmen untuk meningkatkan dukungan terhadap kesehatan mental, mengurangi stigma, dan meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental akan menarik perhatian generasi Z. Langkah-langkah seperti peningkatan alokasi anggaran untuk layanan kesehatan mental, pembangunan pusat-pusat kesehatan jiwa, dan melibatkan masyarakat dalam kampanye anti-stigma dianggap sebagai kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan emosional.

        Pemimpin yang dapat memahami bahwa tekanan sehari-hari, tantangan perkembangan, dan ketidakpastian masa depan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental generasi Z akan dianggap sebagai sosok yang responsif. Rencana kebijakan yang mendukung program-program pendidikan tentang kesehatan mental di sekolah-sekolah, serta integrasi layanan kesehatan mental ke dalam sistem kesehatan secara menyeluruh, diharapkan dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih peduli terhadap kesejahteraan mental.

            Dalam menangani permasalahan kesehatan mental, calon presiden juga diharapkan menjalin kemitraan dengan organisasi-organisasi non-pemerintah dan pelaku industri di bidang kesehatan mental. Penguatan kolaborasi ini diharapkan dapat memastikan adanya sumber daya yang memadai dan pendekatan yang beragam untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan mental yang dihadapi oleh generasi Z.

            Pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental juga diharapkan tercermin dalam kebijakan-kebijakan terkait pekerjaan dan lingkungan sosial. Calon presiden yang berkomitmen untuk membentuk kebijakan yang memperhatikan keseimbangan kerja-hidup, merespons tekanan pekerjaan, dan menciptakan tempat kerja yang mendukung kesehatan mental diharapkan dapat mendapatkan dukungan penuh dari generasi Z yang mendambakan lingkungan yang memprioritaskan kesehatan mental di semua aspek kehidupan mereka.

            Selain kesehatan mental, Pendidikan yang berkualitas juga menjadi salah satu point yang penting untuk memajukan Indonesia kedepannya, Generasi Z menganggap pemimpin yang menempatkan pendidikan berkualitas dan inklusif sebagai prioritas utama sebagai kunci untuk membentuk masa depan yang lebih cerah. Dukungan mereka tidak hanya mencakup perhatian terhadap infrastruktur pendidikan, tetapi juga pada aspek-inovatif dalam sistem pendidikan.

            Mereka mengharapkan pemimpin yang berkomitmen untuk merangsang inovasi dalam pembelajaran, mengoptimalkan penggunaan teknologi secara efektif, dan menciptakan atmosfer pendidikan yang memacu kreativitas serta keingintahuan. Generasi Z ingin melihat pendekatan pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada peningkatan prestasi akademis, melainkan juga pada pengembangan keterampilan kritis, kreativitas, dan kemampuan yang relevan dengan tuntutan era abad ke-21.

            Generasi Z berharap pemimpin dapat menjamin peningkatan aksesibilitas pendidikan, termasuk upaya mengatasi disparitas akses pendidikan antar wilayah, kelompok sosial, dan ekonomi. Langkah-langkah konkret seperti pemberian beasiswa, program bantuan keuangan, dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung dunia pendidikan dianggap sebagai langkah-langkah penting.

            Keberhasilan pemimpin juga diukur dari visinya yang komprehensif dalam mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja di masa depan. Generasi Z menilai keterampilan seperti pemecahan masalah, kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital sebagai keterampilan esensial dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

            Oleh karena itu, calon presiden yang dapat memadukan aspek-aspek ini dalam visi pendidikannya akan memperoleh dukungan penuh dari generasi Z. Sehingga, pemimpin tersebut dianggap sebagai figur yang tidak hanya memperjuangkan pendidikan berkualitas, tetapi juga mampu menciptakan perubahan positif dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan relevan untuk generasi yang penuh dinamika ini.

            Pemimpin yang diinginkan oleh Generasi Z adalah mereka yang tidak hanya memandang pemahaman terhadap perkembangan teknologi sebagai keunggulan, melainkan sebagai kunci utama dalam kepemimpinan. Dengan harapan besar, mereka menginginkan pemimpin yang dapat tidak hanya memahami dampak teknologi terhadap ekonomi, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari, tetapi juga memiliki strategi yang kokoh untuk menghadapi dinamika perubahan ini.

            Generasi Z mendambakan sosok pemimpin yang mampu mengantisipasi perubahan di era digital dan mendukung adopsi teknologi yang berkelanjutan. Terutama di sektor ekonomi, mereka berharap pemimpin dapat merancang kebijakan yang merangsang sektor-sektor inovatif, memfasilitasi pertumbuhan startup, dan memperkuat infrastruktur digital untuk mendukung ekosistem bisnis yang dinamis.

            Dalam ranah ketenagakerjaan, Generasi Z menginginkan pemimpin yang dapat merumuskan kebijakan yang responsif terhadap transformasi digital. Ini mencakup pendekatan inklusif untuk pelatihan keterampilan, penyesuaian kebijakan kerja yang mendukung fleksibilitas, dan perlindungan hak-hak pekerja di tengah perubahan yang cepat.

            Di tingkat kehidupan sehari-hari, generasi ini menginginkan pemimpin yang dapat menciptakan regulasi dan kebijakan yang melindungi privasi dan keamanan data. Mereka ingin memastikan bahwa dampak teknologi pada kehidupan masyarakat dapat dikelola dengan bijaksana.

            Sehingga, calon presiden yang dapat menggabungkan pemahaman mendalam tentang perkembangan teknologi dengan strategi kebijakan yang dinamis dan inklusif akan mendapatkan dukungan yang kuat dari Generasi Z. Generasi ini meyakini bahwa kepemimpinan yang mampu memanfaatkan potensi positif teknologi, sambil meminimalkan risiko dan dampak negatifnya, akan membawa kemajuan signifikan dalam menciptakan masa depan yang cerah dan berkelanjutan.

            Generasi Z meyakini bahwa calon presiden yang dapat memenuhi ekspektasi mereka akan membentuk pondasi yang kuat untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama. Dengan kata lain, generasi ini berharap pemimpin terpilih tidak hanya membawa perubahan positif, melainkan juga mengukuhkan komitmennya terhadap nilai-nilai kunci.

            Mereka memberikan dukungan penuh kepada pemimpin yang bersifat transparan dan akuntabel, menunjukkan tekad serius dalam menanggulangi isu lingkungan, serta memberikan prioritas tinggi pada pengembangan sektor pendidikan. Pemilihan presiden tahun 2024 dianggap sebagai momen yang krusial untuk membentuk arah masa depan mereka, dan generasi Z berharap agar calon presiden mampu menjadi penghubung yang efektif antara pemerintah dan aspirasi para generasi muda.

            Lebih dari sekadar kepemimpinan, generasi Z menginginkan sosok presiden yang tidak hanya memahami, tetapi juga mencerminkan aspirasi mereka. Melalui dialog intens dan kerja sama erat dengan generasi Z, diharapkan calon presiden dapat merumuskan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif terhadap dinamika perubahan dalam masyarakat.

            Sadar akan dampak besar partisipasi mereka dalam pemilihan presiden, generasi Z menegaskan bahwa harapan mereka terhadap calon presiden mencerminkan keinginan untuk melihat pemimpin yang tidak hanya memimpin, tetapi juga mampu mengakomodasi serta mewujudkan aspirasi generasi yang memegang peran kunci dalam membentuk masa depan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun