Menuntut Ilmu adalah prinsip awal setiap kesuksesan. Maka orang yang ingin mencicipi manisnya kesuksesan, harus melewati fase terindah ini yaitu menuntut ilmu. Kenapa bukan disebutkan sebagai fase dasar kesuksesan, karena menuntut ilmu bukanlah suatu hal yang bisa dilewati kemudian ditinggalkan begitu saja, tapi harus berjalan terus seiring berjalannya kesuksesan tersebut. Maka, menuntut ilmu dan kesuksesan adalah 2 hal yang saling berkaitan. Artinya, mereka yang menuntut ilmu berarti sedang menabung kesuksesan, begitupun sebaliknya mereka yang sukses dalam hidupnya tak akan pernah lepas dari kata menuntut ilmu.
   Tujuan menuntut ilmu adalah pengusaan medan, maka dari itu ia sangat dekat dengan kata Kesuksesan. Kesuksesan dalam bidang apapun itu, mereka yang ingin sukses dibidang perbisnisan harus menguasi tentang pemasaran, mereka yang ingin sukses dalam bidang perpolitikan harus menguasi betul tentang hokum dan faktor pendukungnya, bahkan sampai mereka yang ingin sukses dalam ranah percintaan harus memahami betul tentang hati dan rasa.
Seromantis itukah menuntut ilmu?
   Iya memang. Hal itu sudah menjadi rahasia umum, bahkan tak sedikit dari mereka yang merelakan harta dan waktunya hanya untuk merasakan romantisnya menuntut ilmu. Ada juga yang berupaya berdamai dengan jarak hanya untuk merasakan uforia klimaksnya menuntut ilmu. Hingga banyak kisah yang menceritakan romantisnya menuntut ilmu. Ada yang menemukan pasangan asmaranya karena selalu bersanding ilmu, ada yang memikat banyak orang dengan pemikiran-pemikirannya itupun karena cintanya pada ilmu, ada pula yang merauk keuntungan besar dalam bisnisnya itu juga disebabkan dedikasinya terhadap ilmu. Jadi, memang benar jika dikatakan bahwa ilmu selalu punya cara untuk membawa sang pecintanya pada dimensi keindahan yang tak terlukiskan.
   Dalam kanca apapun ilmu selalu mendapatkan tempat tertinggi dibandingkan hal lainnya. Agama contohnya, ilmu selalu menjadi topik utama pembicaraan. Karena dengan ilmu kita mampu mengetahui hakikat sebenarnya sang pencipta, sehingga tak sedikit ayat yang menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu. Secara sederhananya ilmu dapat mengangkat derajat pemiliknya dari kehinaan menuju kemuliaan.
   Agar lebih dalam lagi mengenal tentang ilmu, mari kita intip kisah-kisah kesemangatan ulama dahulu dalam menuntut ilmu. Berikut beberapa kisahnya:
- Muhammad bin Thahir Al-Maqdisy, seorang pemburu hadis dari kota maqdis ini selalu bersemangat dan gigih dalam perjalanannya mencari hadist. Tak gemen-gemen, tanpa ampun beliau menyisir daerah perbatasan Mesir, Syam, Hijaz, Irak, Persia, Mekkah, Baghdad dan masih banyak lagi daerah-daerah lainnya. Jarak yang begitu jauh antara kota-kota tersebut sama sekali tak menciutkan tekad sang pemburu hadist ini. Sampai beliau pernah berkata: "saya pernah kencing darah 2 kali dalam mencari hadist; sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Pasalnya aku berjalan tanpa alas kaki di bawah terik matahari, sehingga terjadilah hal itu. Aku tak pernah mengendarai hewan tunggangan dalam mencari hadist, kecuali hanya sekali. Aku selalu memikul sendiri kitab-kitabku di atas punggungku sampai aku bermukim di suatu kota".
- Al-Imam An-Nawawi dengan nama asli Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy sang Muhyiddin (yang menghidupkan agama) ini terkenal dengan keuletannya dalam menuntut ilmu, terlihat dari masa kecilnya yaitu ketika umur beliau mencapai 10 tahun, beliau selalu menghindar, menolak bahkan menangis jika dipaksa oleh teman-teman sebayanya untuk bermain. Namun kegigihan dan keuletan itu berbuah manis saat ini, kini pemikiran-pemikirannya, karya-karyanya mampu dinikmati oleh orang banyak. Salah satu karya ilmiyahnya adalah kitab Riyadus Shalihin dan Minhajuth Thalibin.
- Terakhir ada Al-Hasan Al-Lu'lu-i. Kali ini tentang konsistensi seseorang terhadap ilmu. Al-Hasan terkenal dengan konsistensinya terhadap ilmu. Hal ini tercermin pada perilakunya yang selalu bergandengan dengan buku, sampai sepangjang 40 tahun umurnya beliau tak pernah tidur kecuali buku diatas dadanya Subhanallah.
Itulah beberapa kisah suri tauladan yang digambarkan oleh para Ulama' dalam hal menuntut ilmu. Tak sedikit dari mereka merelakan nyenyak tidurnya, nikmat masa mudanya, harta bendanya, bahkan sampai hal-hal yang mereka cintai mereka korbankan hanya untuk sang kekasihnya yaitu ilmu.
   Kini hasil keringat mereka mencari ilmu telah berubah menjadi udara segar dan berbuah manis untuk kita. Buku-buku hasil pemikiran mereka, sampai kisah hidup mereka yang melegenda dan layak dijadikan sosok figur mampu membius atmosfer ilmu dan mampu menyetrum semangat kami sebagai penuntut ilmu. Karena inti dari menuntut ilmu adalah pengamalan, ilmu tanpa pengamalan layaknya pohon tanpa buah, kering tanpa memberikan manfaat. Semoga jerih payah beliau-beliau menjadi tambahan timbangan kebaikannya di akhirat nanti.
   Sebegitu mesranya ilmu memanjakan para pencarinya, sehingga pengorbanan sudah tak terhitung jumlahnya dari tenaga sampai harta rela dikeluarkan demi kontribusinya terhadap ilmu. Pesanku terhadap para penuntut ilmu "kejarlah, carilah, jangan biarkan ia pergi meninggalkanmu dalam kebodohan dan semoga lelahmu memuliakanmu".
Dari kebenaran yang terhalangi oleh kebodohan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H