Kini ramai muncul wacana sekolah libur di masa Ramadan. Fenomena itu pernah terjadi di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Di masa Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, ada fenomena yang agak lain. Kala itu, saat Ramadan, sekolah diliburkan. Kala itu aku sudah SMA. Semasa aku sekolah dari SD sampai SMA, ya hanya sekali itu Ramadan full libur.
Aku masih ingat di masa kampanye Pemilu 1999. Saat itu aku SMA, sudah melek politik. Partai-partai berbasis massa Islam atau partai berasaskan Islam mulai menyuarakan libur di masa Ramadan.
Hal itu sebagai sesuatu untuk menarik hati pemilih. Yang aku ingat, Partai Nahdlatul Ummat alias PNU yang mewacanakan libur sekolah di masa Lebaran.
Saat itu, aku tak sepakat. Hehe masih SMA sudah tak sepakat. Karena justru di Ramadan, harusnya beraktivitas seperti hari biasa. Ya sekolah tetaplah sekolah. Mungkin jamnya yang dikurangi seperti Ramadan sebelumnya.
Aku pikir wacana itu akan menguap setelah pemilu usai. Tapi ternyata setelah pemerintahan baru Gus Dur-Megawati terbentuk, wacana itu jadi nyata.
Aku masih ingat di 1999, Ramadan jatuh di bulan Desember dan Lebaran pada Januari 2000. Kala itu, benar adanya bahwa di masa Ramadan sekolah diliburkan full.
Tapi kompensasinya, seingatku, libur kenaikan kelas dipotong. Alias tak sepanjang biasanya.
Karena Ramadan full libur, maka aktivitas bocah saat Ramadan sangat maksimal. Mulai tidur di musala, bangunkan orang sahur, aktif minta tanda tangan, sampai jalan-jalan selepas Subuh atau jelang Maghrib.
Ya memang benar-benar menyelami Ramadan tanpa sekolah. Tapi seingatku fenomena itu hanya sekali. Kemudian di Ramadan 2000 yang ketika itu Gus Dur juga masih Presiden RI, fenomena libur sekolah di masa Ramadan ditiadakan. Sekali lagi itu seingatku.