Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lautan Tangisan

13 Oktober 2024   08:31 Diperbarui: 13 Oktober 2024   08:34 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanya ilustrasi. (Dokpri)

Aku baru saja datang di desa ini. Sebuah desa baru bagiku. Daerah yang tak pernah ada dalam bayanganku sebelumnya. Di desa ini aku akan menjadi guru SD. Pekan depan aku mulai mengajar.

Setelah mendapatkan kontrakan. Aku diberi tahu oleh pemilik kontrakan bahwa mulai besok sampai enam hari ke depan, ada acara doa di desa. Tiap hari akan ada acara doa secara bergantian. Di hari pertama agama tertentu, di hari selanjutnya agama berbeda, dan sampai pada komunitas kepercayaan diberi hari khusus untuk acara doa.

Datanglah aku di lapangan sepak bola, tempat doa bersama dilakukan. Di hari pertama adalah doa bagi sebuah pemeluk agama. Ada pemimpin doa di situ dan semua menundukkan kepala. Di saat itu pula sampai lebih dari satu jam doa dipanjatkan.

Kau boleh tidak percaya. Tapi aku tidak mendengar sedikit pun suara selain suara pemimpin doa. Tak ada lalu lalang kendaraan karena semua akses ke desa ditutup. Bahkan, tak ada suara burung. Tak ada suara monyet yang katanya masih ada di hutan sebelah desa. Hutan yang tak jauh dari lapangan sepak bola itu.

Tak ada orang sibuk jualan di hari itu. Tak ada penjual jajanan anak-anak yang biasanya akan menyerbu di acara keramaian. Tapi tak ada orang jualan di lapangan itu. Suasana benar-benar sunyi.

Tak ada suara. Hanya suara pemimpin doa. Memimpin doa sampai satu jam. Semua hening dan menundukkan kepala. Benar-benar sunyi. Kau mungkin tak akan menyangka bisa seperti itu. Tapi itulah yang terjadi.

Langit seperti meredup. Awan seperti menjadi penutup untuk menghalangi sinar matahari. Sangat redup, tapi tak ada suara petir. Tak ada gerimis yang menetes. Aku yang melihatnya terkagum-kagum.

Setelah satu jam berdoa, kemudian masing-masing orang mulai meneteskan air mata. Mereka mulai menangis. Ada yang menangis sesenggukan. Ada yang menangis dengan sangat kencang. Ada yang mengakui setiap dosanya.

Tangisan bersahut-sahutan berjalan sampai 30 menit. Semakin lama, tangisan semakin nyaring terdengar. Semakin nyaring tangisan, makin reduplah langit.  

Setelah 30 menit, orang-orang itu kembali terdiam. Mereka terdiam sampai 45 menit. Kemudian langit makin terang. Awan mulai bertebaran, bepergian. Sinar matahari mulai menerpa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun